Jumat, 30 Maret 2012
POTRET KONSERVASI: MONITORING TERUMBU KARANG DI TWL TELUK KUPANG
POTRET KONSERVASI: MONITORING TERUMBU KARANG DI TWL TELUK KUPANG: Lampiran : Laporan Pelaksanaan Perlindungan Hutan dan Konseervasi Alam Kepada : Ke...
MONITORING TERUMBU KARANG DI TWL TELUK KUPANG
Lampiran
|
:
|
Laporan Pelaksanaan Perlindungan
Hutan dan Konseervasi Alam
|
Kepada
|
:
|
Kepala
Bidang KSDA Wilayah I Soe
|
Dari
|
:
|
Isai
Yusidarta, ST./NIP. 710034848/PEH Pertama
|
Kegiatan
|
:
|
Menganalisis
data “Analisa Data Monitoring Terumbu
Karang di TWAL Teluk Kupang Hingga Tahun 2004 Untuk Menunjang Wisata Bawah
Air”.
|
Tempat
|
:
|
TWAL
Teluk Kupang dan Kantor Bidang KSDA Wilayah I Soe
|
Hasil
|
:
|
Laporan “Analisa Data Monitoring Terumbu Karang di TWAL Teluk Kupang Hingga
Tahun 2004 Untuk Menunjang Wisata Bawah Air”.
|
“Analisa
Data Monitoring Terumbu Karang di TWAL Teluk Kupang Hingga Tahun 2004 Untuk
Menunjang Wisata Bawah Air”.
1. Pendahuluan
Kawasan Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang ditunjuk sebagai salah satu
kawasan pelestarian alam berdasarkan Surat Keputusan menteri Kehutanan nomor
18/KPTS-II/1993 tanggal 28 Januari 1993 dengan luas 50.000 ha, yang terbentang
sepanjang pantai Teluk Kupang, Pulau Burung, Pulau Kera, Pulau Kambing, Pulau
Tabui, dan Pulau Semau.
Kawasan
Teluk Kupang merupakan kawasan Marine Coastal Management Area (MCMA) di
Propinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki sumber daya alam yang sangat kaya,
seperti pantai pasir putih, terumbu karang, padang lamun, perikanan, bahan
galian tambang, dan hutan mangrove. Hasil penelitian LIPI Ambon dan PSL Undana
(1995) menunjukkan terumbu karang di Teluk Kupang sangat tinggi yaitu 160 jenis
yang mewakili 115 famili, sedang sumber daya hayati dijumpai 203 jenis ikan
yang mewakili 32 famili. Ikan – ikan yang diminati meliputi ikan target 28
jenis dan kelompok ikan lain atau ikan-ikan hias 119 jenis.
Dari keanekaragaman potensi yang ada dapat dikembangkan sebagai kawasan
wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan wisata ilmiah. Kegiatan –
kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pengusahaan wisata meliputi memancing,
koleksi kerang, beach cobing,
berenang, selancar angin, boating, sailing, cruiser liner, ski air, parasailing,
snorkle dan scuba diving.
2. Permasalahan Terumbu Karang di TWAL Teluk
Kupang
Dari pengembangan potensi ekowisata bawah air
(underwater) yang dapat dilaksanakan, tidak dapat dipungkiri ada kenyataan
sebalikanya yang bersifat merusak kawasan terumbu karang. Permasalahan yang
saat ini juga melanda dan ada kemungkinan terjadi peningkatan kerusakan terumbu
karang di perairan Teluk Kupang adalah sebagai berikut
a.
Terjadinya peningkatan aktivitas
masyarakat/ penduduk dan meningkatnya jumlah pemukiman di kawasan pesisir
pantai. Kondisi ini berpotensi sebagai penyumpang pencemaran berupa limbah
pemukiman dan sampah rumah tangga terutama plastik. Hal ini disebabkan
pemukiman yang menyebar melingkari Teluk Kupang dan keterbatasan kemampuan
sistem penanganan sampah.
b.
Masih sering dijumpai pemboman ikan yang
mempunyai nilai komersial tinggi. Pemboman hanya membutuhkan waktu kurang dari
30 detik untuk membunuh ikan dan merusak dan membalikkan terumbu karang.
c.
Penggunaan sianida (KCN : kalium
cyanida/ potas) ikan-ikan hias yang bernilai tinggi seperti Napoleon dan ikan
komersial ekonomi untuk dijual dalam keadaan hidup. Potas dengan konsentrasi
rendah dapat membuat ikan lemas dan mudah ditangkap. Tetapi potas mebuat polip
karang mati walau dalam konsentrasi rendah sekalipun.
d.
Penggunaan jangkar yang tidak pada
tempatnya saat perahu buang sauh dapat merusak terumbu karang. Dapat dihitung
berapa jumlah kapal yang melaut setiap hari dan berapa kali jumlah buang sauh
yang dapat merusak dan membalikkan terumbu karang.
e.
Penggunaan jaring trawl pada wilayah
demersal dapat menjaring dan mengangkat terumbu karang serta menjaring
biota-biota yang sebenarnya bukanyang dicari, dapat menyebabkan penurunan
keanekaragaman hayati karang dan biota lainnya,
f.
Penambangan karang sebagai bahan
pembuatan kapur bangunan dan pembakaran kapur oleh penduduk untuk membuat
bangunan rumah.
g.
Kegiatan makameting pada saat air surut
untuk mencari kerang dan ikan dengan membalikkan karang dan injakan kaki
membuat karang patah.
h.
Dari aktivitas pengambilan karang dari
alam untuk cindera mata bagi wisatawan dan industri akuarium dengan mematahkan
terumbu karang akan membunuh karang.
i.
Aktivitas penyelaman sering kali
dilakukan pada lokasi terumbu karang tertentu dan spesifik sehingga diperlukan
perahu dan dapat dihitung berapa kali perahu buang sauh. Snorkling mengakibatkan rusaknya terumbu karang lebih
parah. Penelitian menunjukkan bahwa patahnya karang-karang bercabang lebih
banyak terinjak oleh orang yang melakukan snorkling saat istirahat tidak
bergerak. Seringkali wisatawan mengambil karang hias dan akar bahar saat
penyelaman.
j.
Pembuangan air sisa kapal yang akan
bersandar di pelabuhan Tenau ditengah perairan Teluk Kupang serta pencemaran
minyak dari kapal-kapal yang bersandar. Juga pemcemaran dari industri yang
berkembang di sekitar pelabuhan terutama limbah cair dari pabrik semen kupang.
k.
Pembangunan dinding pemecah ombak, jetti
di sepanjang pantai mengakibatkan perubahan arus air laut, menghambat aliran
makanan (rum off) dari daratan. Arus air laut yang terhambat menyebabkan
penumpukan sedimen sehingga perairan dangkal dan dapat mengubur dan membunuh
polip karang
l.
Kurang tersedianya data serta informasi
yang diperlukan baik data tentang aspek biofisik (lingkungan fisik), sosial
ekonomi dan budaya.
3. Potensi
Wisata Bahari Terumbu Karang di TWAL Teluk Kupang
Pariwisata alam merupakan kegiatan yang bersifat non
ekstraktif (pemanfaatan potensi estetika). Potensi wisata Teluk Kupang yang
dapat ditawarkan dalam bentuk 3S yaitu Sun, Sand dan Sea atau
dikenal dengan sebutan 3 S, Sinar –Surya, Pasir dan Laut.
Berkaitan dengan potensi 3 S, perairan Teluk Kupang
memiliki hamparan pasir putih yang cukup luas pada pesisir pantai yang landai
dengan lebar pantai rata-rata 39 – 55 m dan kemiringan 40. Tipe
pantai selain kemiringan landai dan lebar, juga pada lokasi pengamatan detail
pada umumnya ditemukan pantai berpasir dengan jenis sedimen mulai dari very
coarse sand – coarse sand dan warna coklat muda - terang. Tipe pantai ini
lebih cocok untuk pengembangan obyek wisata pantai jenias beach, yaitu unit
pesisir pantai yang mampu menunjang kegiatan pariwisata pantai. Wisata pantai
ini dapat ditemui di Pantai Lasiana, Manikin, Namonsain dan Paradiso.
Potensi lain yang dapat mendukung kegiatan pariwisata
pantai ini adalah tingginya keanekaragaman hayati dari ekosistem terumbu karang
dan fauna yang terdapat di dalam periran Teluk Kupang. Ninef (2000) mereview hasil penelitian di perairan NTT selama kurun waktu 1995 ‑ 2000
menunjukkan bahwa jumlah spesies karang yang teridentifikasi sebanyak 220
spesies yang terdiri dari 60 genus dan 17 famili. Jenis karang keras yang umum
dijumpai di perairan Teluk Kupang antara lain karang genus Acropora, Echinopora, Porites, Turbinaria, Montipora dan Faviidae (PKSPL4PB, 1997)
Tabel 1. Potensi pengembangan jenis-jenis
kegiatan pariwisata
Jenis kegiatan
|
Faktor pendukung
|
Kano/ sampan/ perahu
layar
|
Perairan yang landai
dengan dasar laut yang landai, relatif aman.
|
Tersedianya sampan yang
relatif banyak di setiap penduduk
|
|
Angin cukup kuat untuk
meniup layar perahu
|
|
Memancing
|
Tersedianya ikan-ikan
komersial
|
Snorkling, diving dan
perahu kaca
|
Hamparan terumbu karang
|
Hamparan lamun dan
rumput laut
|
|
Ikan hias dan ikan
karang serta biota lainnya
|
|
Melihat dan mengejar
atraksi lumba-lumba
|
Adanya populasi
lumba-lumba hidung botol
|
Terumbu karang di perairan Teluk Kupang
dan sekitarnya, termasuk kategori terumbu tepi/pantai (fringing reef) yang tersebar disepaniang pesisir pulau Timor dan
pulau‑pulau lainnya. Luas terumbu karang di Teluk Kupang berdasarkan analisis
sistem informasi geografi adalah 72,27 km2. Karakteristik terumbu
tepi di teluk Kupang adalah memiliki rataan terumbu (reefflat) yang sempit dengan lereng terumbu yang landai hingga
terjal. Hal ini sangat cocok untuk atraksi snorkling dan diving.
Sedangkan potensi pengembangan lainnya dapat dilihat pada tabel 1 di atas.
4. Analisa Data Monitoring Terumbu Karang di
TWAL Teluk Kupang
4.1 Kualitas Air Perairan Terumbu Karang TWAL Teluk
Kupang
Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air pada 3 (tiga) lokasi di
perairan terumbu karang Teluk Kupang menunjukkan masing‑masing parameter hampir
tidak berbeda antar lokasi. Parameter kualitas air yang diukur meliputi pH,
oksigen terlarut, temperatur dan salinitas, umumnya masih dalam batas toleransi
yang mendukung pertumbuhan terumbu karang Teluk Kupang (Tabel 2).
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran
Parameter Ktialitas Air Perairan Terumbu Karang Teluk Kupang
|
pH,
|
DO (ppm)
|
Suhu (0C)
|
Salinitas
|
1. Semau
|
8,24
|
9,30
|
29,3
|
31,0
|
2. Pulau Kera
|
8,26
|
8,11
|
29,1
|
32,7
|
3. Pasir Panjang
|
8,40
|
7,89
|
29,4
|
32,6
|
Keterangan : Sumber
: hasil monitoring (2004)
4.2
Komponen Penyusun Ekosistem Terumbu Karang TWAL Teluk Kupang
Terumbu karang Teluk Kupang tersusun atas komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik meliputi pasir, substrat, dan karang mati (meliputi patahan
karang/ruble dan karang yang terbalik). Sedangkan komponen biotik terutama
karang keras, karang lunak, alga, sponge dan biota bercangkang CaCO3 lainnya.
Hasil analisa persentase penutupan komponen penyusun terumbu karang di
perairan Teluk Kupang dan sekitamya disajikan pada tabel 3
.
Tabel 3. Persentase komponen penyusun ekosistem terumbu
karang
Lokasi
|
P. Kera
|
P. Semau
|
Pasir Panjang
|
|||
Komponen Penyusun
Ekosistem Terumbu
Karang
|
3
|
10
|
3
|
10
|
3
|
10
|
Koral hidup
|
21,6
|
25,1
|
30
|
29,7
|
14,7
|
-
|
Koral mati
|
41
|
32,5
|
36,5
|
22,2
|
19,6
|
-
|
Karang lunak
|
7,3
|
5
|
3,3
|
15,7
|
8,2
|
-
|
Alga
|
0
|
0
|
3,7
|
0
|
11,7
|
-
|
Rumput laut
|
17,3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-
|
Zoantid
|
0,4
|
0
|
0,3
|
0
|
0
|
-
|
Sponge
|
0
|
1,4
|
1,8
|
5,8
|
0
|
-
|
Kima
|
0,2
|
0
|
1,2
|
0
|
0
|
-
|
Substrat
|
3,5
|
11,2
|
7,5
|
13,9
|
31
|
-
|
Sand
|
8,7
|
22
|
7,5
|
9,6
|
14,3
|
-
|
OT
|
0
|
2,8
|
8,2
|
3,1
|
0,5
|
-
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
-
|
Keterangan : - : tidak dilaksanakan
Sumber : hasil
olah data monitoring (2004)
Tabel
4. Persentase komponen abiotik dan biotik
pada ekosistem terumbu karang di Teluk Kupang
Komponen penyusun
|
Kedalaman
|
Rata-rata
|
|
3 m
|
10 m
|
||
Abiotik
|
56,53
|
55,70
|
56,12
|
Biotik
|
43,47
|
44,30
|
43,88
|
Keterangan : Sumber : hasil olah data monitoring (2004)
Secara keseluruhan, komponen abiotik memiliki nilai persentase penutupan
lebih tinggi dari komponen biotik pada areal terumbu karang Teluk Kupang.
Persentase penutupan komponen abiotik sebesar 56,12 % sedangkan komponen biotik
43,88 %. Kondisi ini sangat memprihatinkan, dengan komponen biotik yang lebih
tinggi presentasenya, maka dapat ditebak tidak ada keseimbangan ekologi dan
juga telah terjadi degradasi ekosistem terumbu karang dan telah terjadi
kerusakan lingkungan. Dengan membandingkan antara tabel 4 dan tabel 5, dapat
dilihat bahwa tingginya persentase komponen abiotik lebih banyak disebabkan
tingginya terumbu karang (koral) mati, baik dalam bentuk patahan karang, karang
terbalik, maupun pemutihan karang. Dari hasil monitoring kematian karang ini diakibatkan
adanya pemboman dan peracunan ikan.
Membandingkan berdasarkan kedalaman,
persentase komponen abiotik kedalaman 3 meter lebih tinggi dibandingkan
kesalaman 10 meter dan persentase komponen biotik lebih rendah dibandingkan
kedalaman 10 meter. Dapat diduga karena letak yang lebih dekat dengan daratan
dan lebih mudah dijangkau oleh manusia terutama pada saat pasang surut, maka
berbagai aktivitas seperti pengumpulan rumput laut alam di Pulau Kera,
makameting, penggalian batu karang lebih mudah dilakukan.
Tabel 5. Perkembangan
komponen penyusun terumbu karang di perairan Teluk Kupang tahun 1995 – 2004
(persentase)
Komponen Penyusun Terumbu Karang
|
19951
|
19992
|
20023
|
20044
|
Karang hidup5
|
33,34
|
32,95
|
35,58
|
32,12
|
Karang mati6
|
0,004
|
0,03
|
2,26
|
30,36
|
Algae7
|
23,24
|
26,28
|
11,99
|
6,5
|
Fauna lain8
|
25,6
|
30,26
|
15,15
|
5,14
|
Komponen abiotik9
|
17,6
|
17,88
|
35,02
|
25,84
|
Keterangan : 1 diolah
dari Whouthyzen, dkk (1995)
2 diolah
dari Sukarno, dkk (1999); Ninef, dkk (1999a); Ninef, dkk (1999b)
3 hasil penelitian
CRITC, NTT
4 hasil olah data
monitoring 2004
5
karang keras
+ karang lunak
6
patahan
karang, karang terbalik dan pemutihan karang
7
truf algae,
macro algae, coralin algae dan rumput laut
8
zoantid,
kima, gorgonian dan OT
9
sand (pasir)
dan substrat
Berdasarkan data perkembangan komponen penyusun terumbu
karang tahun 1995 hingga 2004 seperti tersaji tabel 5 dengan difokuskan perubahan tahun 2002 – 2004
terjadi penurunan penurunan persentase karang hidup, kenaikan prosentase karang
mati yang pesat, penurunan fauna lain penghasil CaCo3 dan komponen
abiotik (substrat dan pasir), patut diduga telah terjadi tekanan terhadap
lingkungan alami terumbu karang.
Berdasarkan data aktivitas sosial ekonomi masyarakat,
penurunan komponen abiotik lebih banyak dimungkinkan pengambilan untuk bahan
bangunan pondasi, karena banyak toko bangunan yang menawarkan penjualan batu
koral (iklan di koran-koran lokal seperti pos kupang). Karena substrat koral
sangat keras dibandingkan koral itu sendiri. Hal ini juga patut diduga dengan
penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai walaupun sudah
dilakukan pelarangan oleh pemerintah daerah (dapat dilihat aktivitas
penambangan di belakang POM Bensin Oesapa).
Penurunan persentase fauna lain, lebih banyak karena
nilai ekonomis yang sangat tinggi, sehingga banyak orang memburu misalnya Kima.
Kima banyak diminati oleh rumah makan yang menyediakan sajian sea food.
Biasanya kima karang, menyukai tempat settlement diantara rongga karang
pada karang masif atau sela-sela karang bercabang. Sehingga untuk mengambilnya
barus menghancurkan keberadaan karang.
Untuk menarik para peminat ikan segar rumah-makan dan
restaurant lebih suka menyajikan ikan hidup dan lobster, karena pasti terjamin
kesegarannya. Namun dalam penangkapan untuk mendapatkan ikan hidup dari nelayan
sangat sulit apaladi hidupnya ada diantara sela-sela karang. Satu-satunya jalan
adalah dengan membuat ikan menjadi “mabuk dan lemas” menggunakan potas
konsentrasi rendah. Demikian halnya dalam penangkapan ikan hias terutama clown
fish dan napoleon (Amphiprion sp) yang sangat digemari kolektor akuarium
air laut. Potas akan meracuni polip karang dan membunuhnya sehingga dengan
tiadanya polip hanya akan meninggalkan warna putih pada karang.
Penurunan algae sebenarnya merupakan kondisi yang sangat
menguntungkan bagi karang. Karena algae merupakan kompetitor karang dalam hal
pemanfaatan ruang dan cahaya matahari yang masuk keperairan dalam. Bahkan algae
digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan. Akan tetapi penurunan
algae ini pada perairan Teluk Kupang terjadi penurunan karang hidup. Hal ini
diduga karena penurunan algae karena adanya pengambilan algae dari kelompok
rumput laut yang bernilai ekonomis. Di lokasi Pulau Kera banyak pengumpul
rumput laut pada kedalaman 3 meter dan mereka mengumpulkan rumput laut pada
saat surut, dan menginjak-injak karang sehingga karang menjadi patah. Pada
lokasi ini persentase penutupan rumput laut mencapai 17% dan sebenarnya jika
dibuka dan diambil rumput lautnya, nampak jelas dibawahnya terdapat patahan
karang dari acropora dan karang bercabang.
4.4.
Penutupan Karang Hidup
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
koloni karang hidup ditemukan 14 bentuk pertumbuhan koloni karang hidup yaitu
Acropora bercabang (ACB), Acropora digitata (ACD), Acropora encruisting (ACE),
Acropora massif (ACM), Acropora submasif (ACS), Acropora tabulate (ACT), karang
bercabang non Acropora (CB), karang encrusting (CE), karang foliose (CF),
karang massif (CM), karang meliopora (CME), karang jamur (CMR), karang submasif
(CS), dan karang lunak (CS).
Tabel 6. Kondisi
persentase penutupan karang hidup menurut skala kondisi persentase penutupan terumbu karang menurut
Gomes dan Alcala, 1984
No
|
Reef life form
|
P. Kera
|
P. Semau
|
Pasir Panjang
|
Rerata
|
|||
3
|
10
|
3
|
10
|
3
|
10
|
|||
1
|
ACB
|
10,1
|
1,7
|
4,2
|
7,8
|
1,1
|
-
|
4,98
|
2
|
ACD
|
0,5
|
1,7
|
2,4
|
0
|
1,5
|
-
|
1,22
|
3
|
ACE
|
0
|
0
|
0,5
|
1,1
|
0
|
-
|
0,32
|
4
|
ACM
|
0
|
0
|
0
|
0,2
|
0
|
-
|
0,04
|
5
|
ACS
|
0
|
0
|
0,8
|
0
|
0,7
|
-
|
0,3
|
6
|
ACT
|
0
|
3,4
|
2,8
|
2
|
0,9
|
-
|
1,82
|
7
|
CB
|
0
|
0,1
|
4,4
|
0,2
|
0
|
-
|
0,94
|
8
|
CE
|
0
|
2,6
|
1,3
|
0,9
|
2
|
-
|
1,36
|
9
|
CF
|
0
|
1,1
|
0,6
|
1,5
|
0,6
|
-
|
0,76
|
10
|
CM
|
3,8
|
11,1
|
6,2
|
10,1
|
6,8
|
-
|
7,6
|
11
|
CME
|
0,4
|
0
|
0
|
0,3
|
0
|
-
|
0,14
|
12
|
CMR
|
0,5
|
0
|
2,1
|
0,4
|
0,7
|
-
|
0,74
|
13
|
CS
|
6,3
|
3,4
|
4,7
|
5,2
|
0,4
|
-
|
4
|
14
|
SC
|
7,3
|
5
|
3,3
|
15,7
|
8,2
|
-
|
7,9
|
Total hard koral
|
21,6
2
|
25,1
2
|
30
2
|
29,7
2
|
14,7
1
|
-
|
24,22
1
|
|
Total
Karang hidup
|
28,9
2
|
30,1
2
|
33,3
2
|
45,5
2
|
22,9
1
|
-
|
32,12
2
|
Keterangan : 1. buruk (0
- 24,9%); 2. sedang
(25 – 49,9%); 3. bagus (50 – 74,9%); 4. sangat
bagus (75 – 100%) skala kondisi persentase penutupan terumbu karang menurut
Gomes dan Alcala, 1984)
Secara menyeluruh bentuk pertumbuhan koloni
karang lunak menutupi area substrat dasar lebih luas dibandingkan dengan bentuk
pertumbuhan lainnya dengan persentase penutupan sebesar 7,9%. Sedangkan untuk
karang keras persentase penutupan tertinggi adalah bentuk pertumbuhan koloni
karang massif 7,6%, Acropora bercabang (4,98%), karang sub masif (4%), acropora
tabulate (1,82%), karang encrusting (1,36%), Acropora digitata (1,83 %) dan
karang bercabang non acropora (0,94%).
Bentuk pertumbuhan koloni karang lunak,
karang masif, acropora bercabang, karang sub massif, Acropora tubulate, karang
encruisting, acropora digitata dan karang bercabang merupakan bentuk
pertumbuhan yang paling umum ditemukan di perairan Teluk Kupang mulai perairan
dangkal.
Dari table 7 memperlihatkan bahwa
persentase penutupan karang hidup (Hard coral + soft coral) berkisar antara
22,9 – 45,5%. Kondisi ini memperlihatkan persentase penutupan karang hidup di
perairan Teluk Kupang berada dalam skala buruk hingga sedang, dengan rerata
kondisinya sedang (32,12%). Apabila hanya diperhitungkan kondisi persentase
penutupan hard coral hidup lebih parah lagi, berkisar antara 14,7 – 30%.
Kondisi ini memperlihatkan persentase penutupan hard coral hidup di perairan
Teluk Kupang berada dalam skala buruk hingga sedang, dengan rerata kondisinya buruk
(24,22%). Hal ini sangat memprihatinkan, karena fungsi hard coral selain
memiliki nilai estetika, juga sebagai pemecah ombak sebelum mencapai tepian
pantai. Apalagi karakteritik terumbu karang pantai Teluk Kupang adalah karang
tepi yang berada pada paparan benua/pulau, sehingga fungsinya memecah ombak
pada tepian pantai.
Hasil monitoring ini apabila dibandingkan
dengan monitoring yang dilakukan oleh peneliti lain dapat dilihat
perbandingannya pada table 7.
Tabel 7. Perkembangan
persentase penutupan karang hidup (hard coral) menurut kedalaman selama tahun
1995 - 2004
Kedalaman
|
19951
|
19992
|
20023
|
20044
|
3
|
35,40
|
34,98
|
40,53
|
22,10
|
10
|
31,28
|
31,57
|
30,62
|
27,4
|
Rerata
|
33,34
|
33,28
|
35.57
|
24,22
|
Keterangan : 1 diolah
dari Whouthyzen, dkk (1995)
2 diolah dari Sukarno, dkk (1999);
Ninef, dkk (1999a); Ninef, dkk (1999b)
3 hasil penelitian CRITC, NTT
4 hasil olah data monitoring 2004
Menurut tabel 7, perkembangan terumbu karang di perairan
Teluk Kupang dari tahun 1995 – 2004 menunjukkan kecenderungan terjadinya degradasi,
baik pada kedalaman 3 meter maupun 10 meter. Hingga tahun 2004 terjadi
penurunan yang signifikan. Tekanan terberat dialami pada terumbu karang
kedalaman 3m. Pada kedalaman 3 meter merupakan kedalaman paling mudah dijangkau
oleh aktivitas manusia apalagi pada saat air laut surut. Melakukan pengambilan
rumput laut, makameting yang menginjak dan mematahkan terumbu karang, lebih
mudah menambang karang pada kedalaman 3 meter tanpa bantuan alat pernafasan,
pengambilan pasir laut, koleksi terumbu karang dan lain-lain. Ini menunjukkan
usaha instansi pemerintah belum cukup optimal dalam rangka penyadaran kepada
masyarakat akan program “Selamatkan Terumbu Karang Sekarang Juga”.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Kualitas air perairan terumbu karang Teluk Kupang
menunjukkan nilai kisaran yang masih dalam batas toleransi dan belum
mempengaruhi kondisi terumbu karang. Karakterisfik massa air memperlihatkan
nilai pH yang relatif lebih tinggi darl nilai pH normal, suhu dan salinitas
relatif rendah dengan kelarutan oksigen yang tinggi.
2. Kondisi terumbu karang di perairan Teluk Kupang,
berdasarkan persentase penutupan komponen penyusun terumbu. karang
memperlihatkan bahwa secara umum komponen abiotik mendominasi penutupan
substrat dasar dengan persentase 56,23% dan biotic 43,88%.
3. Berdasarkan penutupan karang hidup, kondisi
terumbu karang perairan Teluk Kupang termasuk kategori sedang dengan rata‑rata
penutupan karang hidup (hard coral dan soft coral) sebesar 32,12%. Sedang hard
coral rata-rata persentase penutupannya 24,22% termasuk dalam kategori kondisi
jelek. Didominasi oleh bentuk pertumbuhan karang masif karang bercabang
(Acropora dan non Acropora) dan karang lunak.
4. Kondisi terumbu karang Teluk Kupang selama periode
1995 ‑ 2004, menunjukkan adanya kecenderungan penurunan persentase penutupan
karang hidup. Hal ini menunjukkan peningkatan tekanan lingkungan ekosistem
terumbu karang perairan Teluk Kupang akibat peningkatan aktivitas manusia di
pesisir dan ekosistem itu sendiri.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan fakta yang
ditemukan dilapangan untuk menunjang potensi ekowisata bawah air (underwater) maka
dapat di ungkapkan beberapa saran sebagai berikut:
1. Berbagai
bentuk kegiatan pemanfaatan ekosistem dan sumber daya terumbu karang yang
bersifat merusak perlu dikurangi dan dibatasi, terutama pada lokasi yang sedang
mengalami pemulihan dari kerusakan yang pernah dialaminya.
2. Perlu
dilakukan kegiatan pemantauan kondisi terumbu karang berkesinambungan.
3. Perlu
dilakukan upaya rehabilitasi melalui terumbu karang buatan, transplantasi
karang dan gabungan kedua teknik pada lokasi yang mengalami tekanan pemanfaatan
yang tinggi dan pemulihan yang berlangsung lambat, untuk mempertahankhn fungsi
sistem terumbu karangnya.
4. Perlu
ditingkatkan patroli atau pengawasan oleh instansi/aparat yang berwenang
terhadap berbagai aksi yang merusak terumbu karang.
Langganan:
Postingan (Atom)