Lampiran
|
:
|
Laporan Pelaksanaan Perlindungan
Hutan dan Konseervasi Alam
|
Kepada
|
:
|
Kepala
Bidang KSDA Wilayah I Soe
|
Dari
|
:
|
Isai
Yusidarta, ST./NIP. 710034848/PEH Pertama
|
Kegiatan
|
:
|
Menganalisis
data “Analisa Data Monitoring Terumbu
Karang di TWAL Teluk Kupang Hingga Tahun 2004 Untuk Menunjang Wisata Bawah
Air”.
|
Tempat
|
:
|
TWAL
Teluk Kupang dan Kantor Bidang KSDA Wilayah I Soe
|
Hasil
|
:
|
Laporan “Analisa Data Monitoring Terumbu Karang di TWAL Teluk Kupang Hingga
Tahun 2004 Untuk Menunjang Wisata Bawah Air”.
|
“Analisa
Data Monitoring Terumbu Karang di TWAL Teluk Kupang Hingga Tahun 2004 Untuk
Menunjang Wisata Bawah Air”.
1. Pendahuluan
Kawasan Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang ditunjuk sebagai salah satu
kawasan pelestarian alam berdasarkan Surat Keputusan menteri Kehutanan nomor
18/KPTS-II/1993 tanggal 28 Januari 1993 dengan luas 50.000 ha, yang terbentang
sepanjang pantai Teluk Kupang, Pulau Burung, Pulau Kera, Pulau Kambing, Pulau
Tabui, dan Pulau Semau.
Kawasan
Teluk Kupang merupakan kawasan Marine Coastal Management Area (MCMA) di
Propinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki sumber daya alam yang sangat kaya,
seperti pantai pasir putih, terumbu karang, padang lamun, perikanan, bahan
galian tambang, dan hutan mangrove. Hasil penelitian LIPI Ambon dan PSL Undana
(1995) menunjukkan terumbu karang di Teluk Kupang sangat tinggi yaitu 160 jenis
yang mewakili 115 famili, sedang sumber daya hayati dijumpai 203 jenis ikan
yang mewakili 32 famili. Ikan – ikan yang diminati meliputi ikan target 28
jenis dan kelompok ikan lain atau ikan-ikan hias 119 jenis.
Dari keanekaragaman potensi yang ada dapat dikembangkan sebagai kawasan
wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan wisata ilmiah. Kegiatan –
kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pengusahaan wisata meliputi memancing,
koleksi kerang, beach cobing,
berenang, selancar angin, boating, sailing, cruiser liner, ski air, parasailing,
snorkle dan scuba diving.
2. Permasalahan Terumbu Karang di TWAL Teluk
Kupang
a.
Terjadinya peningkatan aktivitas
masyarakat/ penduduk dan meningkatnya jumlah pemukiman di kawasan pesisir
pantai. Kondisi ini berpotensi sebagai penyumpang pencemaran berupa limbah
pemukiman dan sampah rumah tangga terutama plastik. Hal ini disebabkan
pemukiman yang menyebar melingkari Teluk Kupang dan keterbatasan kemampuan
sistem penanganan sampah.
b.
Masih sering dijumpai pemboman ikan yang
mempunyai nilai komersial tinggi. Pemboman hanya membutuhkan waktu kurang dari
30 detik untuk membunuh ikan dan merusak dan membalikkan terumbu karang.
c.
Penggunaan sianida (KCN : kalium
cyanida/ potas) ikan-ikan hias yang bernilai tinggi seperti Napoleon dan ikan
komersial ekonomi untuk dijual dalam keadaan hidup. Potas dengan konsentrasi
rendah dapat membuat ikan lemas dan mudah ditangkap. Tetapi potas mebuat polip
karang mati walau dalam konsentrasi rendah sekalipun.
d.
Penggunaan jangkar yang tidak pada
tempatnya saat perahu buang sauh dapat merusak terumbu karang. Dapat dihitung
berapa jumlah kapal yang melaut setiap hari dan berapa kali jumlah buang sauh
yang dapat merusak dan membalikkan terumbu karang.
e.
Penggunaan jaring trawl pada wilayah
demersal dapat menjaring dan mengangkat terumbu karang serta menjaring
biota-biota yang sebenarnya bukanyang dicari, dapat menyebabkan penurunan
keanekaragaman hayati karang dan biota lainnya,
f.
Penambangan karang sebagai bahan
pembuatan kapur bangunan dan pembakaran kapur oleh penduduk untuk membuat
bangunan rumah.
g.
Kegiatan makameting pada saat air surut
untuk mencari kerang dan ikan dengan membalikkan karang dan injakan kaki
membuat karang patah.
h.
Dari aktivitas pengambilan karang dari
alam untuk cindera mata bagi wisatawan dan industri akuarium dengan mematahkan
terumbu karang akan membunuh karang.
i.
Aktivitas penyelaman sering kali
dilakukan pada lokasi terumbu karang tertentu dan spesifik sehingga diperlukan
perahu dan dapat dihitung berapa kali perahu buang sauh. Snorkling mengakibatkan rusaknya terumbu karang lebih
parah. Penelitian menunjukkan bahwa patahnya karang-karang bercabang lebih
banyak terinjak oleh orang yang melakukan snorkling saat istirahat tidak
bergerak. Seringkali wisatawan mengambil karang hias dan akar bahar saat
penyelaman.
j.
Pembuangan air sisa kapal yang akan
bersandar di pelabuhan Tenau ditengah perairan Teluk Kupang serta pencemaran
minyak dari kapal-kapal yang bersandar. Juga pemcemaran dari industri yang
berkembang di sekitar pelabuhan terutama limbah cair dari pabrik semen kupang.
k.
Pembangunan dinding pemecah ombak, jetti
di sepanjang pantai mengakibatkan perubahan arus air laut, menghambat aliran
makanan (rum off) dari daratan. Arus air laut yang terhambat menyebabkan
penumpukan sedimen sehingga perairan dangkal dan dapat mengubur dan membunuh
polip karang
l.
Kurang tersedianya data serta informasi
yang diperlukan baik data tentang aspek biofisik (lingkungan fisik), sosial
ekonomi dan budaya.
Jenis kegiatan
|
Faktor pendukung
|
Kano/ sampan/ perahu
layar
|
Perairan yang landai
dengan dasar laut yang landai, relatif aman.
|
Tersedianya sampan yang
relatif banyak di setiap penduduk
|
|
Angin cukup kuat untuk
meniup layar perahu
|
|
Memancing
|
Tersedianya ikan-ikan
komersial
|
Snorkling, diving dan
perahu kaca
|
Hamparan terumbu karang
|
Hamparan lamun dan
rumput laut
|
|
Ikan hias dan ikan
karang serta biota lainnya
|
|
Melihat dan mengejar
atraksi lumba-lumba
|
Adanya populasi
lumba-lumba hidung botol
|
4. Analisa Data Monitoring Terumbu Karang di
TWAL Teluk Kupang
4.1 Kualitas Air Perairan Terumbu Karang TWAL Teluk
Kupang
Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air pada 3 (tiga) lokasi di
perairan terumbu karang Teluk Kupang menunjukkan masing‑masing parameter hampir
tidak berbeda antar lokasi. Parameter kualitas air yang diukur meliputi pH,
oksigen terlarut, temperatur dan salinitas, umumnya masih dalam batas toleransi
yang mendukung pertumbuhan terumbu karang Teluk Kupang (Tabel 2).
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran
Parameter Ktialitas Air Perairan Terumbu Karang Teluk Kupang
|
pH,
|
DO (ppm)
|
Suhu (0C)
|
Salinitas
|
1. Semau
|
8,24
|
9,30
|
29,3
|
31,0
|
8,26
|
8,11
|
29,1
|
32,7
|
|
3. Pasir Panjang
|
8,40
|
7,89
|
29,4
|
32,6
|
Keterangan : Sumber
: hasil monitoring (2004)
Terumbu karang Teluk Kupang tersusun atas komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik meliputi pasir, substrat, dan karang mati (meliputi patahan
karang/ruble dan karang yang terbalik). Sedangkan komponen biotik terutama
karang keras, karang lunak, alga, sponge dan biota bercangkang CaCO3 lainnya.
Hasil analisa persentase penutupan komponen penyusun terumbu karang di
perairan Teluk Kupang dan sekitamya disajikan pada tabel 3
.
Lokasi
|
P. Kera
|
P. Semau
|
Pasir Panjang
|
|||
Komponen Penyusun
Ekosistem Terumbu
Karang
|
3
|
10
|
3
|
10
|
3
|
10
|
Koral hidup
|
21,6
|
25,1
|
30
|
29,7
|
14,7
|
-
|
Koral mati
|
41
|
32,5
|
36,5
|
22,2
|
19,6
|
-
|
Karang lunak
|
7,3
|
5
|
3,3
|
15,7
|
8,2
|
-
|
Alga
|
0
|
0
|
3,7
|
0
|
11,7
|
-
|
Rumput laut
|
17,3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-
|
Zoantid
|
0,4
|
0
|
0,3
|
0
|
0
|
-
|
Sponge
|
0
|
1,4
|
1,8
|
5,8
|
0
|
-
|
Kima
|
0,2
|
0
|
1,2
|
0
|
0
|
-
|
Substrat
|
3,5
|
11,2
|
7,5
|
13,9
|
31
|
-
|
Sand
|
8,7
|
22
|
7,5
|
9,6
|
14,3
|
-
|
OT
|
0
|
2,8
|
8,2
|
3,1
|
0,5
|
-
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
-
|
Tabel
4. Persentase komponen abiotik dan biotik
pada ekosistem terumbu karang di Teluk Kupang
Komponen penyusun
|
Kedalaman
|
Rata-rata
|
|
3 m
|
10 m
|
||
Abiotik
|
56,53
|
55,70
|
56,12
|
Biotik
|
43,47
|
44,30
|
43,88
|
Secara keseluruhan, komponen abiotik memiliki nilai persentase penutupan
lebih tinggi dari komponen biotik pada areal terumbu karang Teluk Kupang.
Persentase penutupan komponen abiotik sebesar 56,12 % sedangkan komponen biotik
43,88 %. Kondisi ini sangat memprihatinkan, dengan komponen biotik yang lebih
tinggi presentasenya, maka dapat ditebak tidak ada keseimbangan ekologi dan
juga telah terjadi degradasi ekosistem terumbu karang dan telah terjadi
kerusakan lingkungan. Dengan membandingkan antara tabel 4 dan tabel 5, dapat
dilihat bahwa tingginya persentase komponen abiotik lebih banyak disebabkan
tingginya terumbu karang (koral) mati, baik dalam bentuk patahan karang, karang
terbalik, maupun pemutihan karang. Dari hasil monitoring kematian karang ini diakibatkan
adanya pemboman dan peracunan ikan.
19951
|
19992
|
20023
|
20044
|
|
Karang hidup5
|
33,34
|
32,95
|
35,58
|
32,12
|
Karang mati6
|
0,004
|
0,03
|
2,26
|
30,36
|
23,24
|
26,28
|
11,99
|
6,5
|
|
Fauna lain8
|
25,6
|
30,26
|
15,15
|
5,14
|
Komponen abiotik9
|
17,6
|
17,88
|
35,02
|
25,84
|
No
|
Reef life form
|
P. Kera
|
P. Semau
|
Pasir Panjang
|
Rerata
|
|||
3
|
10
|
3
|
10
|
3
|
10
|
|||
1
|
ACB
|
10,1
|
1,7
|
4,2
|
7,8
|
1,1
|
-
|
4,98
|
2
|
ACD
|
0,5
|
1,7
|
2,4
|
0
|
1,5
|
-
|
1,22
|
3
|
ACE
|
0
|
0
|
0,5
|
1,1
|
0
|
-
|
0,32
|
4
|
ACM
|
0
|
0
|
0
|
0,2
|
0
|
-
|
0,04
|
5
|
ACS
|
0
|
0
|
0,8
|
0
|
0,7
|
-
|
0,3
|
6
|
ACT
|
0
|
3,4
|
2,8
|
2
|
0,9
|
-
|
1,82
|
7
|
CB
|
0
|
0,1
|
4,4
|
0,2
|
0
|
-
|
0,94
|
8
|
CE
|
0
|
2,6
|
1,3
|
0,9
|
2
|
-
|
1,36
|
9
|
CF
|
0
|
1,1
|
0,6
|
1,5
|
0,6
|
-
|
0,76
|
10
|
CM
|
3,8
|
11,1
|
6,2
|
10,1
|
6,8
|
-
|
7,6
|
11
|
CME
|
0,4
|
0
|
0
|
0,3
|
0
|
-
|
0,14
|
12
|
CMR
|
0,5
|
0
|
2,1
|
0,4
|
0,7
|
-
|
0,74
|
13
|
CS
|
6,3
|
3,4
|
4,7
|
5,2
|
0,4
|
-
|
4
|
14
|
SC
|
7,3
|
5
|
3,3
|
15,7
|
8,2
|
-
|
7,9
|
Total hard koral
|
21,6
2
|
25,1
2
|
30
2
|
29,7
2
|
14,7
1
|
-
|
24,22
1
|
|
Total
Karang hidup
|
28,9
2
|
30,1
2
|
33,3
2
|
45,5
2
|
22,9
1
|
-
|
32,12
2
|
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Kualitas air perairan terumbu karang Teluk Kupang
menunjukkan nilai kisaran yang masih dalam batas toleransi dan belum
mempengaruhi kondisi terumbu karang. Karakterisfik massa air memperlihatkan
nilai pH yang relatif lebih tinggi darl nilai pH normal, suhu dan salinitas
relatif rendah dengan kelarutan oksigen yang tinggi.
2. Kondisi terumbu karang di perairan Teluk Kupang,
berdasarkan persentase penutupan komponen penyusun terumbu. karang
memperlihatkan bahwa secara umum komponen abiotik mendominasi penutupan
substrat dasar dengan persentase 56,23% dan biotic 43,88%.
3. Berdasarkan penutupan karang hidup, kondisi
terumbu karang perairan Teluk Kupang termasuk kategori sedang dengan rata‑rata
penutupan karang hidup (hard coral dan soft coral) sebesar 32,12%. Sedang hard
coral rata-rata persentase penutupannya 24,22% termasuk dalam kategori kondisi
jelek. Didominasi oleh bentuk pertumbuhan karang masif karang bercabang
(Acropora dan non Acropora) dan karang lunak.
4. Kondisi terumbu karang Teluk Kupang selama periode
1995 ‑ 2004, menunjukkan adanya kecenderungan penurunan persentase penutupan
karang hidup. Hal ini menunjukkan peningkatan tekanan lingkungan ekosistem
terumbu karang perairan Teluk Kupang akibat peningkatan aktivitas manusia di
pesisir dan ekosistem itu sendiri.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan fakta yang
ditemukan dilapangan untuk menunjang potensi ekowisata bawah air (underwater) maka
dapat di ungkapkan beberapa saran sebagai berikut:
1. Berbagai
bentuk kegiatan pemanfaatan ekosistem dan sumber daya terumbu karang yang
bersifat merusak perlu dikurangi dan dibatasi, terutama pada lokasi yang sedang
mengalami pemulihan dari kerusakan yang pernah dialaminya.
2. Perlu
dilakukan kegiatan pemantauan kondisi terumbu karang berkesinambungan.
3. Perlu
dilakukan upaya rehabilitasi melalui terumbu karang buatan, transplantasi
karang dan gabungan kedua teknik pada lokasi yang mengalami tekanan pemanfaatan
yang tinggi dan pemulihan yang berlangsung lambat, untuk mempertahankhn fungsi
sistem terumbu karangnya.
4. Perlu
ditingkatkan patroli atau pengawasan oleh instansi/aparat yang berwenang
terhadap berbagai aksi yang merusak terumbu karang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar