TREN WISATA MANDIRI DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
Oleh ; Isai Yusidarta, ST., M.Sc.
Kemajuan
peradaban manusia dalam hal teknologi telah mendorong pergeseran perjalanan
wisata. Perjalanan ke pusat kota (mall, cinema dan wisata buatan) telah
bergeser ke daerah yang menyediakan nuansa dan suasana alam (ekowisata).
Pergeseran tujuan perjalanan dari bersenang-senang berubah menambah pengetahuan
bahkan pekerjaan baru. Perjalanan massal (group, berkelompok) dengan jasa agen
wisata mulai bergeser ke perjalanan mandiri.
Tribun Jateng
tanggal 14 September 2016 memberitakan bahwa : 1) konsumen lebih memilih
berwisata secara mandiri (pribadi); 2). minat masyarakat menggunakan biro
wisata berkurang. Perjalanan wisata madiri didukung keterbuakaan informasi
tentang aksesibilitas, cost/biaya
yang dibutuhkan, Obyek Daya Tarik Wisata (ODTWA) yang tersedia sehingga wisatawan
dapat merancang dan menghitung kebutuhannya. Dapat dikatakan bahwa orang
(wisatawan) yang melakukan perjalanan wisata mandiri sebagai selfietraveller.
Taman Nasional
Karimunjawa (TNKJ) menjadi tujuan perjalanan wisata di Jawa Tengah, khususnya selfietraveller. Menurut kacamata
penulis, TNKJ menyediakan aksesibilitas dan amenitas yang mudah dicari dan
tidak rumit, ODTWA, atraksi wisata local dan aktivitas wisata yang jarak antar
lokasi hanya berada dalam satu lokasi kecamatan. Kondisi ini memudahkan si selfietraveller dalam berwisata.
Manfaat
teknologi bagi selfietraveller
Akses
informasi yang murah dan mudah, memungkinkan selfietraveller melakukan perjalanan mandiri tanpa operator tour and travel (agen wisata). Berkembangnya
perangkat teknologi seperti smartphone,
setiap saat mampu memberikan informasi yang dibutuhkan. Informasi tentang
aksesibilitas ke kawasan wisata, penginapan mulai homestay hingga hotel
berbintang, kuliner yang tersedia, sewa moda transportasi bahkan tidak jarang
lokasi tempat tujuan traveling yang remote dapat dengan mudah diakses.
Selfietraveller dapat menyusun sendiri anggaran perjalanannya. Posisi tawar selftraveller
menguntungkan dalam mencari dan memilih akomodasi penunjang perjalanan. Setiap
penyedia jasa akomodasi, pada tingkatan dan jenis pelayanan yang sama
menawarkan “harganya sama” hanya beda tipis di informasi dunia maya. Mereka
mempunyai pemahaman sama “tidak menyembunyikan harga yang ditawarkan”.
Selfietraveller memegang “diskon” harga, terjadi ketika selfietraveller dan penyedia jasa akomodasi bertemu melakukan
deal-deal harga dan jasa yang diberikan. Pada saat seperti ini beberapa
kemungkinan dapat terjadi yaitu 1). dengan jasa sama yang tertera pada
informasi akan terjadi penurunan harga; atau 2). harga deal sesuai informasi
diiringi penambahan fasilitas.
Kelebihan
wisata mandiri
Selfietraveller dapat menentukan timescedule
perjalanannya (mau tepat waktu, molor atau merubah) tanpa sungkan mengganggu
perjalanan orang lain. Ketika menemukan ODTWA yang menarik, dan dia mau
menikmati dengan rileks tidak akan menemukan hambatan. Selfietraveller dengan mudah melakukan interaksi dengan ODTWA tanpa
dibatasi dengan waktu kunjungan,
memanjakan dirinya dengan berfoto selfie landscape, mengamati –
mempelajari – menikamati keunikannya sampai tingkatan tertentu yang memuaskan
dirinya. Hal tersebut tidak mungkin diperoleh ketika diatur oleh agen wisata.
Begitu juga tentang akomodasi, kuliner, moda transportasi dan atraksi wisata dan
tentunya akan disesuaikan dengan “ketebalan kantong”.
Interaksi
dengan stakeholder kawasan wisata dapat mudah dilakukan dan menguntungkan bagi selfietraveller dan stakeholder. Tidak
jarang selfietraveller akhirnya
“bekerjasama” dengan homestay, suatu ketika selfietraveller
merekomendasikan dan “mengirim” selfietraveler
baru.
Peran
Balai TNKJ sebagai pengelola
TNKJ merupakan
gugusan kepulauan di Laut Jawa yang mempunyai luas total 111.625 Ha yang
ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999.
TNKJ merupakan satu-satunya kawasan pelestarian alam perairan di Propinsi Jawa
Tengah yang merepresentasikan keutuhan dan keunikan pantai utara. Balai Taman
Nasional Karimunjawa (BTNKJ) hadir hingga tingkat tapak melalui seksi
pengelolaa taman nasional (SPTN) hingga resort wilayah taman nasional.
Menyongsong
booming selfietraveller, BTNKJ telah
mempersipakan diri hingga tingkat tapak. Sebagai contoh : ODTWA Trekking
Mangrove yang terletak di SPTN Kemujan telah didukung dengan terbitnya Buku
Interpretasi Trekking Mangrove. Buku ini dapat memandu para selfietraveller untuk menikmati suasana
hutan mangrove dan mempunyai nilai plus yaitu menambah pengetahuan tentang
mangrove. Buku ini berisikan tentang : 1). gambaran sekilas hutan mangrove; 2).
Pengenalan jenis mangrove; 3). peta jenis mangrove di sekitar trekking; 4).
aksesibilitas ke trekking mangrove; 5). aktivitas yang dapat dilakukan; 6). sarpras
trekking mangrove (papan informasi, pusat informasi,menara pandang, shelter,
jalur trekking, toliet; 7). pengenalan jenis burung; 8). peta jenis burung di
sekitar trekking; 8). pengenalan capung, kupu-kupu dan ular; 9). Aktivitas
masyarakat sekitar trekking; 10). Tip-tip berwisata di trekking; dan 11). Tata
tertib di menara pandang.
Salah satu
kekurangan yang dihadapi oleh selfietraveler
adalah ketiadaan pendamping (guide), BTNKJ telah menyediakan pusat informasi di
Kantor Seksi Pengelolaan TamanNasional yang berada di Desa Karimunjawa dan Desa
Kemujan yang mudah dicari. Pusat informasi tersebut menyediakan berbagai
informasi yang dibutuhkan bahkan ketika memasuki trekking mangrove misalnya ada
petugas yang dapat memberikan pemanduan. BTNKJ juga telah melatih tenaga
interpreter yang berasal dari pegawai BTNKJ, kader konservasi dan masyarakat
sekitar. Bahkan jika dibutuhkan informasi tentang TNKJ di Kota Semarang dapat
menghubungi Kantor Balai Taman Nasional Karimunjawa, Jl. Sinar Waluyo No. 248
Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar