- BELAJAR KONDISI LOKAL PULAU KALIAGE
- UNTUK TRANSPLANTASI KARANG
- Oleh :
- Isai Yusidarta (Ka. SPTN Wilayah I, Balai TNKpS)
- Wira Saut Perianto (Penyuluh Kehutanan Muda SPTN Wilayah I, Balai TNKpS)
- Irvan Sofiansyah (PPNPN SPTN Wilayah I, Balai TNKpS)
Tulisan ini adalah
tulisan pertama menjabat sebagai Ka. SPTN wilayah I Balai Taman Nasional
Kepulauan Seribu. Tulisan ini saya buat pada tangga 28 Juni 2019. Setelah pada
pagi tanggal 28 Juni 2019 pukul 08.29 Wib saya memulai pemotretan kondisi bawah
air tanggul Pulau Kaliage dengan
peralatan scuba gear.
Pulau Kaliage, merupakan satu dari sekian pulau
yang hak guna pakai-nya dimiliki oleh privat. Pemanfaatannya sebagai resort pribadi.
Pemilik resort melalui manajemen pulau, memiliki keinginanan untuk membuat coral garden pada area perairan disekeliling pulau melalui
transplantasi. Area perairan tersebut notabene merupakan kewenangan dari Balai
Taman Nasional Kepulauan Seribu, yang secara tapak diwakili oleh Resort Wilayah
Kelapa Dua, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 1 (SPTN 1)
SPTN 1 menanggapi keinginan perwakilan manajemen pengelola resort Pulau Kaliage dengan melaksanakan monitoring kondisi perairan Pulau Kaliage untuk “belajar pada kondisi in-situ (lokal +)” kehidupan koral (karang) di area tersebut. Tim SPTN 1 yang terdiri dari Isai Yusidarta, ST., M.Sc., Wira Saut Perianto Simanjuntak, S.P., dan Irvan Sofiansyah melaksankan kegiatan monitoring tersebut pada tanggal 28 Juni 2019.
Monitoring difokuskan pada 2 (dua) hal yaitu 1). Menilai kondisi
terkini transplantasi karang yang dilakukan tahun 2015; dan 2) Mempelajari
kondisi perairan perairan Pulau Kaliage. Mengapa? Melaksanakan transplantasi
tidak hanya sekedar menanam (men-transplant), dan meniru metode yang sudah umum
dilakukan tanpa mempelajari kondisi lokal +, yang sangat mungkin berbeda antar
titik di satu pulau. Apalagi menerapkan metoda baku yang sebenarnya merupakan
hasil karya ilmiah dengan merata-ratakan kondisi perairan yang optimum.
Monitoring Transplantasi 2015
Hasil penilaian transplantasi 2015, menunjukkan kegagalan 100%. Dapat dikatakan tidak ada transplant yang hidup apalagi tumbuh dan
berkembang. Kegagalan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. Transplantasi menyisakan
substrat berupa cone-block dalam
kondisi berserakan, hancur berantakan, tertutup sedimen sehingga terkesan
menjadi sampah di dalam kolom perairan.
Mengapa hal tersebut terjadi?
1. Tidak ada pemeliharaan pasca penanaman transplant karang
- Pemeliharaan sangat penting,
terutama 7 hari setelah pemasangan transplant. Pada umumnya transplant karang
dalam kondisi stress pada 7 hari
pertama, ditandai dengan keluarnya mukus. Mukus merupakan reaksi atas kondisi
lingkungan yang baru. Mukus ini akan meng-koagulasi benda asing (sedimen) yang
mendekati transplant. Jika tidak dibersihkan, akan membungkus transplant karang
itu sendiri.
- Pemeliharaan dilakukan dengan
pembersihan media dari sedimen dan sampah. Pada area horizontal cone-block, acapkali ditutupi oleh
sedimen. Kondisi ini harus dibersihkan untuk membantu penempelan transplant
karang pada media horizontal tersebut. Jika tidak dibersihkan transplant karang
sulit sekali menempel. Karena pada kondisi awal, transplant karang lebih sibuk
melakukan adapatasi pada lingkungan yang baru.
2. Dissolved material tinggi
Visibility (jarak pandang) pada lokasi
transplantasi tahun 2015 sangat rendah. Mengapa? Dissolved material pada kolom perairan juga tinggi, dengan kata
lain tingkat kekeruhan tinggi. Hal ini menyebabkan proses sedimentasi
(penempelan bahan terlarut) pada permukaan
media transplant (cone-block) sehingga tertutup sedimen
3. Lokasi
di area tambat kapal
- Kapal yang bergerak saat masuk dan keluar
dermaga akan menyebabkan pengadukan (dissolved
material) berupa sedimen di dalam kolom air, menutupi cone-block,
transplant karang, dan akhirnya membunuh
transplant karang
-
Kapal yang berlabuh dalam jangka waktu
lama akan menghalangi sinar matahari masuk ke kolom air yang menyebabkan
karang tidak dapat melakukan fotosintesis (memasak makanan sendiri) dan menyebabkan kematian
4. Lokasi area merupakan
tubir
Lokasi transplantasi merupakan
area slope (kemiringan) yang berupa tubir sehingga tidak cocok untuk transplant
karang Acropora sp yang non-tabulate.
Area slope sangat cocok untuk karang massive
atau karang yang membentuk boluder.
Dilokasi ini ternyata yang ditransplant adalah acropora branching, sehingga akan menyebabkan kematian.
Tanggul Pulau Kaliage
Mengapa karang tumbuh pada dinding vertikal
Tanggul Kaliage?
• Kondisi
vertikal meminimalkan penempelan (dissolved
matters) berupa sedimen. Sedimen
penyebab karang tidak mampu menempel pada substrat bahkan bisa membunuh karang
•
Area
vertikal tanggul Kaliage yang ditumbuhi karang mempunyai rataan karang yang
lebih luas dan memiliki indukan karang yang cukup besar sebagai sumber bibit
karang secara generatif
• Area sekitar tanggul Kaliage yang
ditumbuhi karang relatif lebih terawat secara alami melalui pencucian air laut
sehingga terhindar sedimen, juga mudah dipantau kebersihannya oleh petugas
kaliage.
Karang yang tumbuh secara generatif pada tanggul Pulau Kaliage dari kelompok Acropora dan Non-Acropora. Kelompok Acrpora didominasi bentuk pertumbuhan Acropora tabulate (meja). Jenis ini mampu bertahan hidup pada gelombang dan arus yang menabrak dinding dikarenakan bentuknya yang mampu mengiris perairan karena pipih. Pada daerah tubIr berarus deras, Acropora tabulate acapkali diketemukan selain dominasi karang massive.
Gambar 3. Kondisi up to date tanggul Pulau Kaliage pada kelompok Acropora
Gambar 4. Kondisi up to date tanggul Pulau Kaliage pada kelompok Non-Acropora
Kelompok non-Acropora didominasi bentuk pertumbuhan encrusting (merayap), yang ternyata
mampu mengikat 2 buah balok beton menjadi satu. Bentuk pertumbuhan karang
massive juga diketemukan di dinding tanggul Pulau Kaliage yaitu Porites sp. Hal ini juga diduga adanya
indukan karang Porites sp yang
berjarak lebih kurang 3 meter.
Gambar 5. Kondisi up
to date tanggul Pulau Kaliage yang ditumbuhi karang secara generatif
Rekomendasi Lokasi
Lokasi
yang direkomendasikan untuk pelaksanaan transplantasi pada tahun selanjutnya di
perairan Pulau Kaliage terletak lebih kurang 30 meter dari lokasi transplantasi
tahun 2015. Pada lokasi ini terdapat indukan karang yang dapat memicu
pertumbuhan generatif pada media transplant dan perkawinan eksternal ketika
transplant karang sudah mampu adaptasi dan tumbuh berkembang.
Gambar 6. Rekomendasi lokasi transplatasi karang yang cocok untuk perairan Pulau Kaliage
Rekomendasi Media
Media yang direkomendasikan untuk lokasi transplantasi karang di perairan Pulau Kaliage yang direkomendasikan berdasarkan Gambar 6, adalah sesuai dengan Gambar 7. Media transplantasi karang yang direkomendasikan memiliki sisi dinding vertikal yang lebih luas dari dinding horisontalnya. Hal ini umutk memberikan kesempatan penempelan planula karang secara generative tanpa diganggu oleh penempelan sedimen pada media.
Gambar 7. Rekomendasi media transplatasi karang yang cocok untuk perairan Pulau Kaliage
Tidak ada komentar:
Posting Komentar