Rabu, 17 Januari 2018

“EMAS CAIR”DARI BUMI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA (FAKTA PEMANFAATAN AIR TAWAR)

“EMAS CAIR”DARI BUMI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
Oleh : Isai Yusidarta, ST., M.Sc.
Kepulauan Karimunjawa mempunyai 27 pulau termasuk ke dalam rangkaian pulau – pulau kecil dengan luas kurang dari 2.000 km2 tepatnya 71,2 km2. Sebanyak 22 Pulau masuk di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa (TNKj) dengan luas 111.625 Ha sesuai Keputusan Menhutbun No.78/Kpts-II/1999. Sebagai pulau kecil Karimunjawa mempunyai karakteristik : 1) Terpisah dari pulau induk (mainland)yaitu Pulau Jawasehinggabersifat insular yaitu mempunyai iklim, dan fauna yang spesifik; 2) Daerah tangkapan air (catchment area) kecil; 3) Keterbatasan sumber air tawar, daerah tangkapan air dan tanaman pangan; 4) Sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, baik akibat alam maupun ulah manusia; 5) Keberadaannya dipengaruhi oleh ekosistem terumbu karang, hutan mangrove dan padang lamun. Sudah sewajarnya ada perhatian yang spesifik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah Kabupaten Jepara.
Dalam rangka memperingati Hari Bumi di Karimunjawa, tanggal 18 April 2017 Balai TNKj melaksanakan kegiatan Pembinaan Kelompok Pengguna Jasa Air yang diikuti oleh 30 orang perwakilan pengguna air (tawar) dari sumber mata air di hutan dataran rendah TNKj. Kelompok yang telah mempunyai ijin adalah Paguyuban Satuan Kerja Tirta Kencana (SKTK) di Karimunjawa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai TNKj Nomor : SK.128/BTNKJ – 1.4/2015. Pemberian IPA ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan nomor 64 Tahun 2013tentang pemanfaatan air dan energi air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Potensi Air Tawar
Tarif pemakaian air yang air bakunya berasal dari dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa berdasarkan hasil kesepakatan pada tanggal 11 Februari 2015 Satuan Kerja Tirta Kencana Karimunjawa  seperti di bawah ini :
Tabel 1.    Tarif Pemakaian AirBerdasarkan Hasil Kesepakatan pada Tanggal 11 Februari 2015 Satuan Kerja Tirta Kencana Karimunjawa

No
Kelompok Pelanggan
PSB/PERB. KE BARU
0 – 15 m3
>16 m3
Denda Keterlambatan
1
Sosial
0
Rp. 1700
Rp. 2300
Rp 5.000
2
Rumah Tangga
Rp. 600,000/
350,000
Rp. 1700
Rp. 2300
Rp 5.000
3
Instansi Pemerintah
Rp. 600,000
Rp. 1700
Rp. 2300
Rp 5.000
4
Niaga Kecil (Homestay)
Rp. 800,000
Rp. 1700
Rp. 2300
Rp 10.000
5
Niaga Besar (Hotel, Isi UlangAir, Resto, dll)
Rp. 1.300,000
Rp. 1700
Rp. 2300
Rp 20.000
Sumber : Data Pemaparan SKTK tahun 2017 yang diolah

SKTKmemaparkan pemanfaatan air tawar (air)yang disalurkan ke pengguna.Hasil pemaparan menunjukkan air dari sumber mata air Legon Lele dimanfaatkan oleh 526 sambungan rumah tangga, 17 usaha (hotel), 6 usaha (lain) dan 11 sosial. Air yang digunakan rata – rata setiap bulan mencapai12.105 m3. Pemakaian rata-rata air per bulan untuk rumah tangga 20 m3, usaha (hotel) 80 m3, usaha (lain) 10 m3 dan sosial 15 m3.
Tabel 2. Pemanfaatan Air oleh Paguyuban Satuan Kerja Tirta Kencana Tahun 2015 – 2016.
Golongan Pengguna air
Jumlah sambungan
Vol Pemakaian/sambungan/bulan (m3)
Total pemakaian/bulan (m3)
Debit
(liter/detik)
Rumah Tangga
526
20
             10,520
4.06
Usaha (Hotel)
17
80
               1,360
0.52
Usaha (Lain)
6
10
                     60
0.02
Sosial
11
15
                   165
0.06



             12,105
4.67
Sumber : Data Pemaparan SKTK tahun 2017 yang diolah
SKTK menghasilkan air 12.105 m3/bulan, dengan memanfaatkan debit sebesar 4,67 liter/ detik dari mata air pada sambungan induk, disalurkan ke pemanfaat air. Bappeda Jepara menyatakan bahwa sumber mata air Legon Lele tercatat 162,45 liter/detik. Hasil inventarisasi sumber daya air di Karimunjawa terdapat 13 sumber air dengan debit bervariasi. Debit terbesar 200 m3 di Zona Wisata Religi Nyamplungan. Tentunya, suatu potensi yang besar, karena Prof. Koodoatie (pakar konservasi air dari Universitas Diponegoro) menyatakan Kepulauan Karimunjawa tidak mempunyai cekungan air tanah (CAT).
            Nilai rupiah yang didapat berdasarkan tarif hasil kesepakatan tanggal 11 Februari 2015 Satuan Kerja Tirta Kencana Karimunjawa yang berasal dari sambungan ke konsumen sekitar Rp 201.300.000 dan penarikan bulanan berkisar Rp 22.819.500,00. Selama satu tahun, iuran pemakaian air dari sumber mata air Legon Lele saja diperkirakan mencapai Rp 273.834.000,00.
Tabel 3. Nilai Rupiah yang dihasilkan dari Kegiatan Satuan Kerja Tirta Kencana
Golongan Pengguna air
Jumlah sambungan
Biaya sambungan
(Rp)
Volume Pemakaian (m3)
Vol Pemakaian/ sambungan /bulan (m3)
Harga per m3
Biaya Sambungan
(Rp)
Pemakaian
(Rp/bulan)
1
2
1
2
Rumah Tangga
526
350,000
15
5
20
1,700
2,300
184,100,000
19,462,000
Usaha (Hotel)
17
800,000
15
65
80
1,700
2,300
13,600,000
2,975,000
Usaha (Lain)
6
600,000
10
0
10
1,700
2,300
3,600,000
102,000
Sosial
11
-
15
0
15
1,700
2,300
-
280,500
55
70
125
201,300,000
22,819,500
Sumber : Data Pemaparan SKTK tahun 2017 yang diolah
Pohon dan Lahan Basah
Mengapa di Karimunawa ada air melimpah jika tidak ada CAT? Satu, peran pohon yang berasosiasi dengan lingkungan membentuk hutan hujan tropis dataran rendah yang berada pada zona inti dan zona rimba TNkj, memainkan peran utama dalam siklus air tawar dan mengatur neraca air secara alami. Tajuk pohon hutan yang berstrata (bertingkat) mampu meredam kekuatan energi air hujan hingga nol sampai di tanah, sehingga tidak mengkikis tanah. Akar mampu menahan kekeuatan aliran air sekaligus membuat lubang – lubang di tanah untuk diisi oleh air sehingga air tersimpan di dalam tanah.
Kedua, tutupan vegetasi di luar kawasan TNKj atau biasa disebut tanah pemajekan diharapkan masih dalam kondisi ideal, peran tajuk dan akar pohon masih optimal. Artinya, tidak ada perubahan ekstrim sehingga masih mampu menahan air dan meminimalkan aliran air permukaan sampai ke laut. Kondisi ini sangat penting, mengingat belum ada injeksi teknologi yang diterapkan untuk menahan air selama mungkin sebelum mencapai laut di Karimunjawa.
Ketiga, ketersedian lahan basah walapun jumlahnya sangat sedikit yaitu lahan pertanian (sawah) di daerah Cikmas mampu mempengaruhi keberadaan penyimpanan air tawar. Keberadaan sawah mampu menjadi buffer untuk menjaga air tidak terjun bebas ke laut.
Keempat, lahan basah berupa kawasan mangrove (bakau) di daerah pesisir pantai Kepulauan Karimunjawa masih utuh (belum banyak terganggu), mampu menahan intrusi air laut ke daratan. Sehingga air di daratan tetap tawar atau tidak berasa payau (asin).
Ancaman
Pemangku kepentingan mulai melupakan “emas air tawar” yang dihasilkan dari perut bumi yang terjaga dalam waktu yang lama sejak nenek moyang penduduk Karimunjawa tinggal.Aliran wisatawan mulai mendatangi TNKj, masyarakat mulai mencari perunggu dan kertas rupiah. Ini merupakan ancaman terhadap ketersediaan air tawar. Pada umumnya untuk jangka panjang ketersediaan air tawar dimuka bumi tidak bertambah atau tetap melainkan selalu menurun.
Adanya gangguan pada vegetasi pohon di zona inti dan rimba hutan hujan tropis dataran rendah TNKj menjadi perhatian Balai TNKj. Temuan tonggak pohon pada saat patroli rutin oleh satuan polisi hutan TNKj menunjukkan bukti adanya kegiatan pencurian kayu di kedua zona. Tahun 2013 diketemukan 15 tonggak pohon dari jenis Laban pada 4 kejadian (4 kali kegiatan patrol rutin) di Blok Kemloko. Penemuan 30 tonggak pohon dari jenis Laban, Berasan, Jambon, Ingas, Adem – Adem Mati, Bintangur, Sumedang, dan Manggisan dari Blok Kemloko, Cikmas dan Nyamplungan. Penemuan ini diketemukan pada 7 kali patrol rutin selama tahun 2014. Selama patroli rutin tahun 2015 diketemukan 16 tonggak pohon jenis Laban, Ingas dan Jabon di Blok Kemloko, Cikmas dan Legon Goprak yang diduga dari 6 kejadian. Peningkatan penebangan pohon pada zona inti dan rimba merupakan ancaman serius terhadap keberadaan air.
Keberadaan vegetasi di tanah pemajekan sudah mulai ditebangi diubah menjadi lahan properti. Proyek properti di Bukit Alas Joko Tuwo telah membuang air tawar yang melimpah pada saat musim hujan pada tanggal 8 April 2017 secara percuma, merendam ratusan rumah di Desa Karimunjawa. Ini adalah ancaman nyata dan telah terjadi. Berapa mater kubik air tawar yang terbuang? Tinggal hitung luasan daerah yang tergenang banjir dikalikan tinggi banjir.
Adanya hotel dengan fasilitas kolam renang,berdasarkan informasimengambilair bawah tanah (ABT)dengan pengeboranhingga 60 meter. Hal ini sangat berbahaya, daerah yang tidak mempunyai CAT, tidak diketemukan lapisan yang betul-betul kedap air atau semi kedap air. Hasil penelitian menyatakan bahwa aliran air bawah tanah di Karimunjawa hanya lapisan lempung bercampur pasir sehingga tidak kedap air. Ketika air disedot dengan fasilitas sumur bor,air dari sumur dan mata air sekitarnya akan tertarik. Tinggal mengecek secara periodik keberadaan mata air di sekitar hotel, apakah air tetap, berkurang atau kering? Ancaman ini hanya tinggal menunggu waktu.
Setiap tahun penduduk Karimunjawa bertambah baik penduduk ber-KTP Karimunjawa, kaum pekerja (boro), dan wisatawan. Pertambahan penduduk, meningkatkan kebutuhan air tawar yang bersih dan sehat. Ibaratnya, pertambahan penduduk berdasarkan deret ukur, sedangkan ketersediaan air tawar berdasarkan deret hitung negatif (mundur) artinya berkurang. Pemaparan dari SKTK menyebutkan bahwa volume pemakaian awal perbulan telah dinaikkan dari 10 m3 menjadi 15 m3 tiap kepala keluarga (KK), karena 10 m3 air tawar tidak mampu mencukupi kebutuhan satu keluarga.
Perubahan gaya hidup penduduk berpengaruh pada jumlah pemakaian air tawar. Adanya interaksi dengan wisatawan membuat gaya hidup sehat dan bersih menjadi ciri khas tersendiri di daerah wisata. Dengan hidup sehat dan bersih, wisatawan akan selalu hadir dan berkesempatan terjadinya perputaran uang. Ini dibuktikan bahwa rata – rata pemakaian air tawar tiap KK perbulan mencapai 20 m3/bulan.

Jalan Tengah
Neraca air tawar di Karimunjawa harus dijaga supaya seimbang bahkan positif. Output (pemakaian air) harus seimbang bahkan harus lebih sedikit dibanding dengan inlet (pemasukan air) dalam siklus air tawar. Dengan kata lain, pemanfaatan air tawar harus seimbang atau lebih sedikit dibanding keberadaan air tawar di Karimunjwa. Harus dicarikan jalan tengahnya untuk mencapai neraca air positif.
Pertama, penerapan imbal balik jasa lingkungan untuk menjaga keberadaan hutan dataran rendah di dalam kawasan TNKj harus diterapkan agar seluruh pemangku kepentingan sadar dan  bertanggungjawab terhadap fungsi dan keberadaannya. Menyisihkan sebagian keuntungan, tenaga dan pikiran untuk melaksanakan kegiatan pengamanan hutan dari illegal logging,rehabilitasi kerusakan hutan dan reboisasi sekitar mata air. SKTK sebagai pemegang IPA non komersil sudah sewajarnya melaksanakan imbal balik jasa lingkungan.
Kedua, dimulai dari rumah tangga untuk membuat resapan air melalui lubang biopori maupun sumur resapan, demikian juga di instansi pemerintah, homestay dan resort wisata. Untuk hotel yang memanfaatkan ABT diwajibkan membuat sumur resapan sedalam 40 meter atau sama dengan kedalaman sumur ABT.
Ketiga, melaksanakan gerakan hemat air dan membuat bak – bak penampungan bawah tanah di setiap rumah. Bak penampungan berfungsi menampung air tawar yang melimpah saat musim hujan, mengontrol pemakaian air tawar, menabung air saat musim kemarau. Sebagai contoh di Kota Kupang, hampir disetiap rumah memiliki bak penampungan bawah tanah yang mampu menyimpan 4 – 5 m3 air tawar.
Keempat, pembuatan embung untuk “menabung” air yang melimpah pada musim penghujan sangat mutlak diperlukan. Embung mampu menahan keberadaan air dalam jumlah yang sangat besar sebelum mencapai ke perairan laut. Embung juga dapat menjadi “museum” bagi pemangku kepentingan bahwa keberadaan air dan hutan hujan tropis dataran rendah di Karimunjawa adalah satu kesatuan yang terikat kuat. Simpanan air di embung dapat diibaratkan “bank air” sebagai output dari proses industry yang dilakukan oleh hutan hujan tropis dataran rendah Taman Nasional Karimunjawa.
Kelima, control yang kuat terhadap penggunaan tanah pemajekan yang telah berpindah tangan ke investor. Pelaksanaan turan yang tertuang dalam Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) harus diawasi dengan ketat, terutama peruntukan lahan untuk area terbuka hijau dan sempadan bangunan. Lewat ini air tawar dapat dimasukkan kembali kedalam bumi pada bangunan gedung. Untuk mencegah aliran air permukaan yang dapat menyebabkan banjir pada musim hujan.
Terakhir, mendorong pemanfaatan air secara komersial sesuai Peraturan Menteri Kehutanan nomor 64 Tahun 2013 tentang pemanfaatan air dan energy air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jepara. Hal ini memudahkan kontrol terhadap penggunaan air dan memberikan kepastian nominal terhadap imbal balik jasa lingkungan kepada hutan dikawasan Taman Nasional Karimunjawa.


Foto-foto tentang sumber air legon Lele





Koreksi keterangan gambar di atas : Legon Janten dikoreksi Legon Lele

Koreksi keterangan gambar di atas : Legon Janten dikoreksi Legon Lele

Koreksi keterangan gambar di atas : Legon Janten dikoreksi Legon Lele

Koreksi keterangan gambar di atas : Legon Janten dikoreksi Legon Lele







Tidak ada komentar: