Kamis, 25 Januari 2024

PERCAYAKAN WISATA SLOWCATION DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

 

Struktur karang mati jangan diambil, ia bisa menjadi substrat bagi individu polip karang lainnya 

Pernah bertugas di Taman Nasional Karimunjawa (TNkj) 2014 – 2019 dan kembali lagi mulai Mei 2023 hingga saat ini, menyaksikan di tapak mulai terjadi perubahan cara berwisata oleh wisatawan. Perubahan ini terlihat sangat jelas ketika mengamati wisatawan asing. Wisatawan Nusantara pun juga telah melakukannya, walaupun tidak dominan. Ciri khas yang tampak pada perubahan tersebut adalah lama tinggal yang lebih panjang (sekitar 7 hari), tidak menggunakan guide, tidak bergerombol dalam jumlah massal (biasanya kurang dari 5 orang), sering memanfaatkan teknologi (membuka gadget), tidak terburu-buru, sering stay /mampir satu lokasi dalam waktu lama, berjalan kaki, bersepeda atau menggunakan kendaraan paling tinggi adalah motor bukan mobil, sering bertanya ke penduduk lokal dan melakukan transaksi sendiri akomodasi dan berbagai keperluan sehari – hari.

Wisata Slowcation

Mengapa tipe wisatawan tersebut mempunyai ciri-ciri seperti di atas? Cara berwisata di atas muncul dari ide liburan santai dan penuh kesadaran. Mereka merencanakan untuk tidak membuat tubuh dan pikiran lebih lelah karena tergesa-gesa dikejar oleh waktu untuk menyelesaikan schedule time wisatanya. Jadi mereka merancang perjalanannya jauh-jauh hari dan matang banget.

Mereka menitikberatkan wisata yang tenang, reflektif dan menikmati setiap titik moment perjalanan tanpa buru-buru. Mereka ingin mendapatkan nilai lebih tanpa membuat badan capek. Mereka ingin mendalami suatu nilai yang berguna pada lokasi yang dikunjungi, daripada mengikuti aktivitas sejumlah aktivitas yang tercantum dalam itinerary yang padat. Bahkan mereka dapat menambah lama tinggal untuk menyelesaikan nilai tersebut.

Konsep mereka tentunya bertentangan dengan gaya wisata yang buru-buru, mengikuti jadwal itinerary dan kontrak wisata yang dibuat sebelum perjalanan. Kosep ini tentunya tidak sejalan dengan paket wisata konvensional yang pakem menjalankan itinerary yang disetujui. Konsep tipe ini disebut dengan wisata slowcation yang berasal dari kata slow (artinya lambat) dan vacation (liburan) atau dengan kata lain “wisata santai” serta akan menjadi tren pada tahun 2024.

Mengapa TNKj?

Melalui surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 74/Kpts-II/2001 Tanggal 15 Maret 2001 telah menetapkan Taman Nasional Karimunjawa dengan luas 111.625 Ha (daratan P. Karimunjawa : 1.285,50 Ha, daratan P. Kemujan : 222,20 Ha dan perairan laut : 110.117,30 Ha). Luasan tersebut terdiri dari 5 ekosistem yaitu hutan hujan dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove, lamun dan terumbu karang. Kelima ekosistem ini menyediakan pemandangan alam (scenery beauty) dan  keanekaragaman hayati (kehati). Pemandangan alam dan kehati yang banyak memberikan keanekaragaman pilihan tujuan berwisata, sehingga wisatawan tidak bosan untuk mengeksplorasi.

Tata ruang Kabupaten Jepara yang saat ini berlaku, menyatakan Karimunjawa sebagai kawasan lindung. Mmenegaskan kawasan TNKj sebagai kawasan konservasi dalam bentuk kawasan pelestarian alam yang harus dijaga melalui prinsip 3 pilar konservasi yaitu pemanfaatan yang mendukung usaha-usaha perlindungan dan pengawetan. Penetapan TNKj sebagai kawasan strategis pariwisata nasional sangat bersinergi dengan prinsip konservasi. Maka pariwisata ramah lingkungan adalah salah satu kunci pelaksanaannya.

Kehati Darat

TNKj adalah surga burung migran dari Asia maupun Australia tercatat 22 spesies. Bird watching, pengamatan burung migran memberikan sensasi yang berbeda tiap periode migrasi burung. Mendapatkan foto burung yang mempunyai tagging memberikan kado ilmiah, bukti burung bermigrasi. Macaca fascicularis Karimoendjawae merupakan monyet ekor panjang endemik yang dapat ditemui dengan mudah. Memasang camera trap pada kawasan hutan, selain memberikan kesehatan jasmani juga memberikan foto kenangan binatang nokturnal yang menjadi amanat penetapan TNKj yaitu Rusa Timor, Musang, Landak, dan Tikus Pohon Ekor Polos. Juga bisa mendapatkan anjing liar yang menjadi alien spesies. Jika datang pada saat bunga bermekaran maka bisa menemukan 23 jenis kupu-kupu, termasuk yang endemik yaitu  Euploea crameri Karimondjawaensis, Euploea Sylvester Karimondjawaensis dan Idea leuconoee Karimondjawae. Pohon utama yang wajib diamati dan dibawa bagiannya sebagai souvenir hasil kerajinan masayarakat yaitu Santigi, Kalimasada dan Dewandaru adalah oleh-oleh ikonik TNKj.

Kehati Laut

Penyu Sisik dan Penyu Hijau merupakan reptil purba yang dapat dijumpai jika beruntung pada saat penyelaman. Kalau tidak bisa datang ke PSA (Pelestarian Semi Alami) Penyu Legon Janten yaitu lokasi penetasan penyu. Jika ada stock tukik siap untuk dilepaskan, wisatawan dapat melepasliarkan tukik dengan waktu menjelang maghrib atau sebelum matahari terbit. Ketika menyelam di seluruh perairan TNKj mempunyai peluang menjumpai 64 genera karang dan 353 spesies ikan, 5 jenis kima dan 15 spesies teripang. Penyelaman berkali-kali diperlukan untuk mengekplorasi falsafah kehidupan bawah laut, memerlukan waktu tinggal yang panjang.

Wisata Pulau

Terdiri dari 18 pulau yang telah berkembang menjadi pulau resort wisata private maupun umum, dan belum dikembangkan. Sebanyak 4 pulau berpenghuni yaitu Pulau Karimunjawa, Kemujan, Parang dan Nyamuk yang garis pantainya pun sudah dan dapat menjadi destinasi wisata. Mulai dari pantai Boby, Ujung Gelam, Batu Topeng, Barakuda hingga Batu Karang Pengantin. Banyaknya pulau yang dapat dikunjungi, memberikan sensasi tersendiri ciri khas setiap pulau dan pantai yang berbeda, menimbulkan hasrat memilih dan akhirnya ingin mengunjungi semuanya. Bagi konten kreator wisata pantai di TNKj memberikan background foto dan videonya, mampu menterjemahkan keinginan yang disampaikan dan selaras dengan caption dalam media sosialnya.

Wisata Budaya

Komposisi penduduk dan perkampungan yang dihuni oleh 6 suku yaitu jawa, madura, bugis, bajo, buton dan mandar memberikan nuansa tersendiri. Suku-suku tersebut memberikan warna pada seni dan budaya yang majemuk dan tidak membosankan. Event pertunjukan seni dan budaya sering kali dipertunjukkan pada waktu-waktu tertentu. Mengunjungi tiap perkampungan berlatar suku, memberikan rasa keingintahuan tinggi mempelajari budaya dan kehidupan mereka, sehingga acapkali melupakan waktu untuk kembali ke tempat asal.

Bukan Pulau Kecil yang Krisis

TNKj sebagai tujuan wisata belum dan tidak lagi mengalami krisis yang biasa dialami wisatawan di pesisir pulau-pulau kecil yang jauh dari pulau daratan jawa yaitu air tawar, pangan, energi dan akses. Keempat krisis tersebut hingga saat ini sudah bisa diatasi walaupun belum 100%. Tidak ada lagi penggiliran nyala listrik, air tawar tersedia di hotel dan homestay, banyak warung makan dan restoran buka setiap hari dan jaringan internet pendukung komunikasi lancer. Transportasi laut dan udara siap melayani sesuai dengan kemampuan finansial wisatwan. Hal tersebut meningkatkan kenyamanan berwisata.

Suasana Kebatinan Alam

Kebatinan mendalam atas suasana dan kondisi alam TNKj memberikan nilai permenungan bagi visitor untuk meluapkan emosi kejiwaannya. Hal ini cocok untuk aktivitas wisata healing. Lambaian hijaunya pepohonan di bukit, nyanyian deburan ombak laut, terapi air laut yang biru, asupan protein ikan laut yang segar bagi tubuh dan jauhnya hiruk pikuk kota dan suasana kerja  dapat memberikan bentuk penyembuhan diri untuk mendapatkan ketenangan jiwa, perasaan, batin dan pikiran.

Kondisi - kondisi di atas yang dicari para wisatawan dan pasti berkeinginan tinggal dalam waktu yang lama. Salah satu pemilik perusahaan yang berada di kota besar di Jawa, mengendalikan pengelolaan usahanya sehari-hari dari tempat “tinggalnya” di TNKj. Menurutnya, suasana di TNKj memberikan dorongan sehat untuk mendapatkan ide mengelola perusahaan dan meredakan gejolak hati, pikiran dan batin.



Belajar transplantasi karang merupakan salah satu jalan menuju wisata slowcation


Belajar pengelolaan rumput laut dan membaca peluang bisnis pengolahannya



       Jalan sehat - santai - senyum di trakking mangrove kemujan, meningkatkan imun wisatawan



Pengamatan aktivitas kehidupan nelayan dalam mengelola hasil tangkapan dari perairan Taman Nasional Karimunjawa



Tidak ada komentar: