DAGING MERAH : RUSA TIMOR
Isai Yusidarta, ST., M.Sc.*
Meroketnya
harga daging merah, membuat ibu rumah tangga kesulitan memenuhi kebutuhan
protein hewani keluarga. Hasil yang didapatkan dari sentra ternak sapi yang
digadang – gadang, tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Sedikit
mengaplikasikan teori Malthus, terbentuk teori “laju kebutuhan daging menurut
deret ukur, sedangkan pemenuhan daging menurut deret hitung”. Tidak akan ketemu
kapan terpenuhinya. Kurang terus.
Daging sapi
masih menjadi pilihan utama mayoritas rakyat Indonesia. Steak daging kambing,
kerbau, kuda, babi (maaf : bagi non-muslim) hingga ayam masih dirasakan kalah
nikmat dibandingkan ketika makan steak daging sapi. Apalagi dibandingkan dengan
protein nabati berbahan kedelai yaitu tempe dan tahu, masih kurang nendang
dibandingkan protein daging sapi. Lalu bagaimana jika daging Rusa Timor
dibandingkan sapi? Pengalaman penulis lebih enak steak Rusa Timor yang
dirasakan waktu masih tugas di Nusa Tenggara Timur.
Potensi Rusa Timur
Betina Rusa
Timor umur 8 – 13 bulan sudah mengalami pubertas dan interval waktu kelahiran
13 bulan, sehingga tidak heran Rusa di Taman Rusa Timor jumlahnya menjadi 19
ekor dari awalnya 11 ekor dalam waktu 2 tahun sesuai keterangan pengelola.
Kondisi ini hamper sama dengan usia perkawinan kambing betina, sehingga
memungkinkan untuk ditangkarkan.
Bobot Rusa
Timor dewasa dipenangkaran mampu mencapai 140 kg/ekor dibandingkan kambing
ettawa jantan dewasa hanya mencapai 65
kg/ekor. Hal ini tentunya merupakan kelebihan dari domestikasi Rusa Timor untuk
memenuhi kebutuhan daging merah.
Daging rusa (venison) mempunyai
persentase karkas 58 % (sapi 41 % dan domba 43 %). Komposis energi yang
dihasilkan dari lemak daging pada rusa 22 % (sapi 33 % dan domba 35-47 %), energi
daging mencapai 628 jouls/100 g. Kandungan protein daging 21 % (tetap dengan
bertambahnya umur) dan 40 % dari bagian karkas belakang (3/4 bagian karkas
belakang mempunyai harga tinggi). Komposisi ini menunjukkan daging rusa
mempunyai protein tinggi.
Selain dagingnya mempunyai nilai finalsial lebih tinggi dibanding kambing,
juga memiliki nilai prestisius (makan satwa dilindungi secara legal-F2). Satu
ekor rusa di Alor dijual minimal Rp 3.000.000,- (tahun 2005), tidak dapat
dibayangkan harga legal di Jawa.. Tanduk (ranggah) rusa juga menjadi bahan
obat-obatan herbal, dapat juga dijadikan hiasan dinding.
Lokasi Pengembangan di Semarang
Propinsi NTT
telah telah menggalakkan penangkaran Rusa Timor skala rumah tanggga mirip
memelihara kambing dengan lokasi dan makanan yang dimodifikasi, dan berhasil.
Mengapa? Karena penggunaan lahan oleh masyarakat mencerminkan pola budaya agro-pastoral yang menyandarkan sumber
nafkah pada kegiatan beternak sekaligus berladang atau berkebun.
Wilayah kota
Semarang berpotensi dikembangkan penangkaran Rusa Timor adalah Mijen dan Gunung
Pati. Kedua kecamatan tersebut masih tersedia lahan luas dengan pohon-pohon
besar dan ditumbuhi tanaman bawah seperti rumput yang menjadi makanan pokoknya.
Kedua daerah tersebut sebagain besar daerah jalur hijau dan penduduknya
bertani, berkebun, beternak dan berladang mencerminkan kegiatan agro-pastoral, sehingga dapat bersinergi
dengan penangkaran rusa berbasis masyarakat.
Pengembangan
wisata agro (pertanian dan buah-buahan) di Mijen dan Gunungpati dapat
disinergikan pertunjukkan penangkaran Rusa Timor sebagai bagian satwa peragaan
menjadi wisata agro-pastoral. Rusa
Timor termasuk satwa liar yang dapat berinteraksi dengan manusia, anak-anak
kecil dapat memberi makan dari pakan hijauan tanpa rasa takut walau hanya
dipisahkan dengan sekat berupa BRC seperti terlihat di Taman Rusa Timor Undip.
Peran Stakeholder
Mencermati
potensi Rusa Timor, lahan, dan kultur sosial masyarakatnya, sangatlah tepat
menjadikan daerah Mijen dan Gunungpati sebagai calon daerah pengembangan
penangkaran Rusa Timor khusus Kota Semarang. Jumlah penduduk yang besar di Kota
Semarang menjadi tantangan penyediaan daging merah dan Rusa Timor salah satu
sumber daging merah.
Fakultas
Peternakan Undip sudah mempraktekkan dalam bentuk Taman Rusa, tentunya bersedia
untuk menularkan pengetahuan tentang penangkaran rusa kepada masyarakat yang
mempunyai budaya argo-pastoral di
Mijen dan Gunungpati. Mengingat Rusa Timor adalah satwa dilindungi, tidak salah
apabila mengikutsertakan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Jawa Tengah
(BKSDA Jateng) untuk berperan aktif dalam pembinaan penangkar rusa di kemudian
hari. Pihak PT. Perhutani dapat menyediakan bibit indukan Rusa Timor, seperti
indukan di Taman Rusa Timor Undip.
Sebagai pilot
proyek untuk menarik minat masyarakat menangkarkan rusa, ada baiknya pemerintah
kota semarang dapat menyediakan lahan milik pemkot di Mijen dan Gunungpati
sebagai lokasi penangkaran Rusa Timor.
Keberhasilan
penangkaran rusa, diharapkan akan memberikan efek berupa penurunan tekanan pada
kantong-kantong habitat alami Rusa Timor di hutan-hutan yang tersisa di Jawa
Tengah dan juga di Pulau Karimunjawa dan Kemujan Taman Nasional Karimunjawa.
*) Pengendali Ekosistem Hutan Balai
Taman Nasional Karimunajawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar