Senin, 06 Maret 2017

DAGING MERAH : RUSA TIMOR

DAGING MERAH : RUSA TIMOR
Isai Yusidarta, ST., M.Sc.*
Meroketnya harga daging merah, membuat ibu rumah tangga kesulitan memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga. Hasil yang didapatkan dari sentra ternak sapi yang digadang – gadang, tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Sedikit mengaplikasikan teori Malthus, terbentuk teori “laju kebutuhan daging menurut deret ukur, sedangkan pemenuhan daging menurut deret hitung”. Tidak akan ketemu kapan terpenuhinya. Kurang terus.
Daging sapi masih menjadi pilihan utama mayoritas rakyat Indonesia. Steak daging kambing, kerbau, kuda, babi (maaf : bagi non-muslim) hingga ayam masih dirasakan kalah nikmat dibandingkan ketika makan steak daging sapi. Apalagi dibandingkan dengan protein nabati berbahan kedelai yaitu tempe dan tahu, masih kurang nendang dibandingkan protein daging sapi. Lalu bagaimana jika daging Rusa Timor dibandingkan sapi? Pengalaman penulis lebih enak steak Rusa Timor yang dirasakan waktu masih tugas di Nusa Tenggara Timur.
Potensi Rusa Timur
Betina Rusa Timor umur 8 – 13 bulan sudah mengalami pubertas dan interval waktu kelahiran 13 bulan, sehingga tidak heran Rusa di Taman Rusa Timor jumlahnya menjadi 19 ekor dari awalnya 11 ekor dalam waktu 2 tahun sesuai keterangan pengelola. Kondisi ini hamper sama dengan usia perkawinan kambing betina, sehingga memungkinkan untuk ditangkarkan.
Bobot Rusa Timor dewasa dipenangkaran mampu mencapai 140 kg/ekor dibandingkan kambing ettawa  jantan dewasa hanya mencapai 65 kg/ekor. Hal ini tentunya merupakan kelebihan dari domestikasi Rusa Timor untuk memenuhi kebutuhan daging merah.
Daging rusa (venison) mempunyai persentase karkas 58 % (sapi 41 % dan domba 43 %). Komposis energi yang dihasilkan dari lemak daging pada rusa 22 % (sapi 33 % dan domba 35-47 %), energi daging mencapai 628 jouls/100 g. Kandungan protein daging 21 % (tetap dengan bertambahnya umur) dan 40 % dari bagian karkas belakang (3/4 bagian karkas belakang mempunyai harga tinggi). Komposisi ini menunjukkan daging rusa mempunyai protein tinggi.
Selain dagingnya mempunyai nilai finalsial lebih tinggi dibanding kambing, juga memiliki nilai prestisius (makan satwa dilindungi secara legal-F2). Satu ekor rusa di Alor dijual minimal Rp 3.000.000,- (tahun 2005), tidak dapat dibayangkan harga legal di Jawa.. Tanduk (ranggah) rusa juga menjadi bahan obat-obatan herbal, dapat juga dijadikan hiasan dinding.
Lokasi Pengembangan di Semarang
Propinsi NTT telah telah menggalakkan penangkaran Rusa Timor skala rumah tanggga mirip memelihara kambing dengan lokasi dan makanan yang dimodifikasi, dan berhasil. Mengapa? Karena penggunaan lahan oleh masyarakat mencerminkan pola budaya agro-pastoral yang menyandarkan sumber nafkah pada kegiatan beternak sekaligus berladang atau berkebun.
Wilayah kota Semarang berpotensi dikembangkan penangkaran Rusa Timor adalah Mijen dan Gunung Pati. Kedua kecamatan tersebut masih tersedia lahan luas dengan pohon-pohon besar dan ditumbuhi tanaman bawah seperti rumput yang menjadi makanan pokoknya. Kedua daerah tersebut sebagain besar daerah jalur hijau dan penduduknya bertani, berkebun, beternak dan berladang mencerminkan kegiatan agro-pastoral, sehingga dapat bersinergi dengan penangkaran rusa berbasis masyarakat.
Pengembangan wisata agro (pertanian dan buah-buahan) di Mijen dan Gunungpati dapat disinergikan pertunjukkan penangkaran Rusa Timor sebagai bagian satwa peragaan menjadi wisata agro-pastoral. Rusa Timor termasuk satwa liar yang dapat berinteraksi dengan manusia, anak-anak kecil dapat memberi makan dari pakan hijauan tanpa rasa takut walau hanya dipisahkan dengan sekat berupa BRC seperti terlihat di Taman Rusa Timor Undip.
Peran Stakeholder
Mencermati potensi Rusa Timor, lahan, dan kultur sosial masyarakatnya, sangatlah tepat menjadikan daerah Mijen dan Gunungpati sebagai calon daerah pengembangan penangkaran Rusa Timor khusus Kota Semarang. Jumlah penduduk yang besar di Kota Semarang menjadi tantangan penyediaan daging merah dan Rusa Timor salah satu sumber daging merah.
Fakultas Peternakan Undip sudah mempraktekkan dalam bentuk Taman Rusa, tentunya bersedia untuk menularkan pengetahuan tentang penangkaran rusa kepada masyarakat yang mempunyai budaya argo-pastoral di Mijen dan Gunungpati. Mengingat Rusa Timor adalah satwa dilindungi, tidak salah apabila mengikutsertakan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Jawa Tengah (BKSDA Jateng) untuk berperan aktif dalam pembinaan penangkar rusa di kemudian hari. Pihak PT. Perhutani dapat menyediakan bibit indukan Rusa Timor, seperti indukan di Taman Rusa Timor Undip.
Sebagai pilot proyek untuk menarik minat masyarakat menangkarkan rusa, ada baiknya pemerintah kota semarang dapat menyediakan lahan milik pemkot di Mijen dan Gunungpati sebagai lokasi penangkaran Rusa Timor.
Keberhasilan penangkaran rusa, diharapkan akan memberikan efek berupa penurunan tekanan pada kantong-kantong habitat alami Rusa Timor di hutan-hutan yang tersisa di Jawa Tengah dan juga di Pulau Karimunjawa dan Kemujan Taman Nasional Karimunjawa.
*) Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Karimunajawa

Tidak ada komentar: