LINTASAN KAPAL DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
Oleh : Isai Yusidarta, ST., M.Sc.
Pengendali Ekosistem Hutan Muda Balai TN Karimunjawa
Tidak dapat
dipungkiri, bahwa perairan utara Pulau jawa yaitu Laut Jawa akan semakin
berkembang menjadi area jalur pelayaran yang ramai. Hal ini sudah diprediksi
oleh negara maritime besar seperti Amerika Serikat, Unisoviet (Rusia-red) dan
Inggris, sehingga negara tersebut mengajukan usul untuk dibukanya jalur ALKI
(Alur Laut Kepulauan Indonesia) Timur Barat untuk menghubungkan ALKI I, ALKI II
serta ALKI III.
Lintasan Kapal di Sekitar TNKj
Gambar 1. Letak TNKj (lingkaran kuning) di area
persimpangan alur pelayaran dan lalu lintas laut di perairan laut Jawa.
Gambar 1 dan 2
menunjukkan bahwa perairan di utara TNKj merupakan garis lurus yang berarti
alur pelayaran terpendek dari Indonesia Barat ke Indonesia Timur dan sebaliknya.
Sedangkan sisi selatan TNKj merupakan alur terpendek dari Indonesia Barat yang
menyimpang di atas perairan Indramayu untuk selanjutnya ke arah pelabuhan di
Semarang, Surabaya dan sebaliknya. Sedangkan sisi Timur Kepulauan karimunjawa
merupakan rute dari pelabuhan Semarang ke Sampit, Pangkalanbun dan sebaliknya. Demikian
juga rute alur pelayaran Cirebon – Banjarmasin dan sebaliknya juga melintasi
sisi timur Kepulauan Karimunjawa. Sedangkan sisi barat perairan TNKj merupkan
lintasan jalur kapal dari pelabuhan Semarang menuju Kalimantan Barat
(Pontianak) dan sebaliknya.
Gambar 2. Lintasan jalur pelayaran di Indonesia.
Lingkaran merah adalah posisi TNKj.
Berdasarkan Gambar
3, maka rute selatan lebih padat dibandingkan utara. Kepadatan di rute selatan
dua kali lipat di disbanding rute utara. Kepadatan rute alur pelayaran bagian utara
pada tahun 2017 antara 16 – 48 rute/0,5ha/tahun. Sedangkan pada bagian selatan
24 – 118K rute/0,5ha/tahun. Hal ini diduga kapal – kapal yang berasal dari arah
barat melakukan penyimpangan arah di atas Indramayu untuk menuju ke pelabuhan –
pelabuhan di pantai utara Jawa, khususnya Surabaya.
Gambar 3. Kepadatan
rute kapal di bagian utara dan selatan TNKj
Gambar 3
menunjukkan bahwa kepadatan rute jalur pelayaran di sekitar perairan Taman
Nasional Karimunjawa (TNKj) bisa mencapai lebih dari 118K rute/0,5ha/tahun.
Jenis kapal yang melintas seperti kapal tanker (simbol kapal berwarna merah),
penumpang (biru) hingga tugboat (biru muda).
Kepadatan
jalur pelayaran tersebut menimbulkan ancaman nyata bagi TNKj. Bukan lagi
potensi tetapi sudah terjadi dengan adanya illegal shipping dan illegal pilot
yang dilakukan oleh kapal niaga/komersial yang tujuannya bukan Pelabuhan di
Karimunjawa. Ekosistem terumbu karang di TNKJ telah ditabrak oleh kapal jenis
tugboat-tongkang, LCT (landing cruft tank) seluas 1.792,46 m2 dengan
nilai kerugian sebesar Rp 13.767.600.790,99 (tiga belas milyar tujuh ratus enam
puluh tujuh juta enam ratus ribu tujuh ratus sembilan puluh koma sembilan puluh
sembilan rupiah. Kapal – kapal tersebut tidak seharusnya masuk ke dalam kawasan
TNKj.
Perairan Dangkal TNKj
Pada gambar 4
dan 5 tampak adanya rute alur pelayaran yang berada di dalam kawasan perairan
dangkal TNKj. Rute tersebut muncul tertangkap oleh satelit dengan digambar
sebagai garis warna biru yang mempunyai kepadatan 1 rute/0,5ha/tahun.
Membandingkan kepadatan di luar dan sekitar perairan TNKj dengan perairan di
dalam kawasan TNKj, dapat diartikan terdapat kapal yang dengan sengaja memasuki
perairan dangkal TNKj.
Gambar 4. Kepadatan rute kapal yang memancarkan sinyal Automatic Identification System (AIS)
yang terpantau marine traffic pada
tahun 2016
Gambar 5. Kepadatan rute kapal yang memancarkan sinyal Automatic Identification System (AIS)
yang terpantau marine traffic pada
tahun 2017
Kepadatan rute
alur pelayaran di dalam perairan dangkal Taman Nasional Karimunjawa (TNKj) juga
dapat dipantau dari situs marine traffic.
Jejak rute alur pelayaran dapat terekam jika kapal menghidupkan Automatic Identification System (AIS).
Inilah salah satu fungsi dari AIS yaitu memancarkan data rute yang dilalui
kapal dan dapat ditangkap oleh satelit. Tangkapan satelit tersebut kemudian
direkam menjadi data yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolan kawasan TNKj.
Kepadatan rute
alur kapal yang berlayar di dalam perairan dangkal TNKj berdasarkan Gambar 4
dan 5 adalah 1 rute/0,5 ha/tahun. Rute di dalam perairan dangkal sebenarnya
berbahaya bagi aktivitas kapal niaga/ komersial. Selain berbahaya bagi kapal
yang melintas, juga berbahaya bagi ekosistem terumbu karang yang merupakan
andalan wisata bagi Karimunjawa dan telah menjadi matapencaharian alternatif
sebagian masyarakat setempat. Serta berbahaya bagi aktifitas diving (menyelam)
maupun snorkeling.
Kepadatan
tertinggi rute alur pelayaran di dalam perairan dangkal TNKj adalah 16 – 20 rute/0,5ha/tahun
yaitu ke arah pelabuhan rakyat perintis dan penyeberangan Karimunjawa. Lokasi
tersebut merupakan rute alur pelayaran ke dan dari pelabuhan rakyat perintis
dan penyeberangan Karimunjawa dilayari oleh KM Siginjai dan KM Bahari Express
yang berlayar dari Pelabuhan Kartini Jepara serta KM Kelimutu dan KMC Kartini
berasal dari pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Kepadatan rute tersebut bukan hal yang aneh, mengingat
perkembangan wisata yang meningkat di Karimunjawa memerlukan moda transportasi
yang dapat menggerakkan wisatawan berkunjung. Kapal adalah salah satu moda
transportasi yang mampu mengangkut wisatawan dalam jumlah banyak dan berbiaya
murah. Hampir setiap hari terjadi perpindahan kapal masuk dan keluar
Karimunjawa. Namun sebenarnya masih illegal
hingga tulisan ini dibuat. Mengapa? (sabar dulu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar