Rabu, 25 Juli 2018

ANALISA DATA SIG AREA TAMBAK BLOK NYAMPLUNGAN RESORT LEGONLELE, SPTNW II KARIMUNJAWA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA


ANALISA DATA SIG AREA TAMBAK BLOK NYAMPLUNGAN
RESORT LEGONLELE, SPTNW II KARIMUNJAWA
TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Oleh
Nugroho Dri Atmojo, SP.
Isai Yusidarta, ST., M.Sc
Yusuf Syaifuddin


I.   PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Lokasi yang telah mengalami proses kembali ”perawan”, biaya proses produksi yang lebih rendah dari tempat asal petambak, tentunya sudah menggambarkan keutungan finansial besar mengelola sumber daya alam mangrove menjadi tambak di Kepulauan Karimunjawa menjadi alasan pengusaha tambak melakukan relokasi usahanya.
Balai Taman Nasional Karimunjawa (TNKj) perlu mewaspadai gelombang relokasi tambak bukan hanya sekedar potensi ancaman perambahan tetapi juga memprediksi kemampuan ruang kawasan magrove di luar kawasan TNKj menjadi tambak intensif. Jika daya tawar lebih tinggi dari pada ketersediaan ruang tersebut, maka ancaman perambahan menjadi nyata.
Dusun Nyamplungan termasuk daerah yang diincar oleh perelokasi tambak. Posisi dekat dengan jalan raya, jarak tambak dengan laut yang tidak jauh, adanya mangrove yang termasuk kawasan TNKj di depan tambak mampu menyediakan fungsi penahan abrasi yang tidak membuata petambak khwatir hilangnya tambak akibat sapuan gelombang air laut dan dekat dengan rumah penduduk yang mampu memberikan rasa aman usahanya dengan memberikan sedikit rejeki (CSR – red) pada kas dusun atau mempekerjakan beberapa penduduk setempat. Itulah keuntungan sosial – ekonomi yang mampu mengurangi biaya produksi bagi perelokasi tambak untuk menempatkan usahanya di Dusun Nyamplungan dari sisi keruangan.
b.      Rumusan masalah
Kawasan TNKj sebagai kawasan pelestarian alam dengan mempertahankan ekosistem asli melalui sistem pengelolaan zonasi yang dimanfaatkan untuk pendidikan dan penelitian yang menunjang budidaya dan wisata alam dituntut mampu melakukan interpretasi terhadap perubahan keruangan yang ada di Dusun Nyamplungan Resort Legon Lele – Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Karimunjawa.
c.       Dasar Teori
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database.
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial, data yang berorientasi geografis. Data ini memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang berbeda dari data yang lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (atribut) yang dijelaskan sebagai berikut :
1.       Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi;
2.       Informasi deskriptif (atribut) atau informasi nonspasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya. Contoh jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos dan sebagainya.
Kekuatan SIG sebenarnya terletak pada kemampuannya untuk menganalisis dan mengolah data dengan jumlah yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam SIG.
d.      Tujuan
Tujuan analisa data SIG area pembukaan tambak adalah melakukan interpretasi perubahan keruangan yang ada di Dusun Nyamplungan Resort Legon Lele – Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Karimunjawa.
e.      Alat dan Bahan
·         Peta mozaik area tambak Blok Nyamplungan hasil aerial drone mapping resolusi 4,5 cm/px;
·         Komputer;
·         Software ArcGIS 10.4.1;
·         Peta digital Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 Tahun 2014.
II.   DATA HASIL ANALISIS SIG
Berdasarkan hasil analisis data spasial menggunakan ArcGIS 10.4.1 terhadap citra mozaik area tambak Blok Nyamplungan, maka diketahui sebagai berikut :

No.
Uraian
Panjang (m)
Area (ha)
Analisis
1.
Jarak terdekat area tambak aktif dengan pal batas
23,7

Calculate geometry
2.
Jarak terdekat area tambak aktif dengan laut
127,6

Calculate geometry
3.
Luas area tambak aktif

3,15
Calculate geometry
4.
Luas area bekas tambak periode sebelumnya yang berada di dalam kawasan

0,77
Calculate geometry
5.
Panjang saluran air dari tambak aktif ke laut
180

Calculate geometry
6.
Jarak terdekat area tambak aktif dengan jalan utama
60

Calculate geometry
7.
Perubahan tutupan lahan kebun menjadi tambak aktif

2
intersection peta mozaik dengan peta vegetasi RBI tahun 2014
8.
perubahan dari tutupan rawa menjadi tambak aktif

0,29
intersection peta mozaik dengan peta vegetasi RBI tahun 2014
9.
perubahan dari tutupan empang menjadi tambak aktif

0,86
intersection peta mozaik dengan peta vegetasi RBI tahun 2014

III.  HASIL YANG DICAPAI

Gambar 1. Peta Lokasi Tambak di Dusun Nyamplungan hasil aerial mapping dengan drone

Berdasarkan citra mozaik area tambak di Blok Nyamplungan, kemudian dilakukan analisis data SIG dengan hasil sebagaimana terlampir. Interpretasi hasil terhadap overlay mozaik area tambak menunjukkan bahwa pembukaan tambak di Dusun Nyamplungan, Karimunjawa :
1.    Diatas lokasi bekas tambak periode sebelumnya yaitu pada tahun 1990an. Tidak ada perluasan tambak di sisi kanan maupun sisi kiri dari periode sebelumnya. Bekas tambak periode sebelumnya telah berubah menjadi kebun, empang dan rawa.  Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa perubahan tenurial hanya mengembalikan fungsi lahan sebagai tambak. Pengembalian fungsi sebagai tambak dilakukan dengan melakukan pembabatan vegetasi mangrove yang sudah mengalami restorasi dan pengerukan substrat mangrove untuk dibuat menjadi kolam tambak menggunakan eksavator.
2.    Jika pola kerja perubahan tenurial kawasan mangrove Dusun Nyamplungan seperti pada interpretasi poin 1, maka terjadi potensi ancaman terhadap lahan mangrove di dalam kawasan TNKj. Pada lampiran overlay mozaik area tambak di Dusun Nyamplungan terdapat bekas area tambak pada periode sebelumnya yang terletak di dalam batas kawasan seluas 0,77 ha. Jika tidak diantisipasi hal ini seperti bisul yang setiap saat akan pecah menjadi permasalahan perambahan kawasan.
3.    Berdasarkan bentuk tanggul tambak dan dasar tambak, dapat disimpulkan bahwa sistem pemeliharaan udang vaname adalah intensif. Model tambak intensif dicirikan dengan :
a.     Bentuk pematang/tanggul yang lebih lebar pada bagian atas dibandingkan pematang tambak tradisional. Fungsinya untuk memudahkan distribusi pakan, mengingat tambak intensif memerlukan 100% pakan buatan dalam jumlah besar selama siklus dari juvenile ke dewasa sampai usia panen. Udang vanname terkenal sebagai kanibalis yaitu memakan sesame udang ketika lapar.
b.    Dasar  tambak pada bagian titik pertemuan kedua diagonal terdapat cekungan yang fungsinya untuk mengumpulkan sisa – sisa pakan maupun feses untuk memudahkan penyiphonan (shiponisasi).
4.    Saluran tambak yang menghubungkan petak tambak dan pinggir laur sepanjang 180 meter dapat diduga akan digunakan sebagai saluran inlet pada saat memasukkan air laut ke dalam tambak maupun sebagai saluran outlet yang berfungsi sebagai pengeluaran air tambak pada saat panen. Diperlukan groundcheck untuk memastikan saluran air tersebut sesuai fungsinya.
5.    Dari citra foto dapat diduga tidak atau belum ada kolam untuk IPAL untuk pengolahan air pada saat panen sebelum air dibuang ke perairan laut lepas. Kondisi ini dapat memicu blooming alga di perairan lepas yang berujung pada kondisi anoksik (turunnya kadar oksigen terlarut) sehingga dapat menyebabkan kematian biota laut.
6.    Pencucian terpal penutup tanggul dan dasar tambak pasca panen atau yang dikenal oleh masyarakat Karimunjawa disebut penyamponan merupakan hal yang sangat berbahaya bagi biota terutama ikan bibit ikan di area mangrove dan ikan dewsa di perairan lepas. Senyawa yang digunakan dalam penyamponan tidak terakumulasi dalam tubuh udang vaname karena udang tidak berdarah merah tetapi semacam cairan limpa, sehingga udang tidak mati. Sedangkan senyawa tersebut dapat terakumulasi dalam darah ikan yang menyebabkan ikan mengalami keracunan (toksik) dan mati.
7.    Dengan panjang saluran 180 meter maka air bekas penyamponan dapat mencapai perairan laut terbuka dalam waktu cepat dan membahayakan bagi biota berdarah merah seperti ikan.




Tidak ada komentar: