ANALISA DATA SIG AREA TAMBAK BLOK NYAMPLUNGAN
RESORT LEGONLELE, SPTNW II KARIMUNJAWA
TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
Oleh
Nugroho Dri Atmojo, SP.
Isai Yusidarta, ST., M.Sc
Yusuf Syaifuddin
I.
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Lokasi yang telah mengalami proses kembali ”perawan”, biaya proses produksi
yang lebih rendah dari tempat asal petambak, tentunya sudah menggambarkan
keutungan finansial besar mengelola sumber daya alam mangrove menjadi tambak di
Kepulauan Karimunjawa menjadi alasan pengusaha tambak melakukan relokasi
usahanya.
Balai Taman Nasional Karimunjawa (TNKj) perlu mewaspadai gelombang relokasi
tambak bukan hanya sekedar potensi ancaman perambahan tetapi juga memprediksi
kemampuan ruang kawasan magrove di luar kawasan TNKj menjadi tambak intensif.
Jika daya tawar lebih tinggi dari pada ketersediaan ruang tersebut, maka
ancaman perambahan menjadi nyata.
Dusun Nyamplungan termasuk daerah yang diincar oleh perelokasi tambak.
Posisi dekat dengan jalan raya, jarak tambak dengan laut yang tidak jauh,
adanya mangrove yang termasuk kawasan TNKj di depan tambak mampu menyediakan
fungsi penahan abrasi yang tidak membuata petambak khwatir hilangnya tambak
akibat sapuan gelombang air laut dan dekat dengan rumah penduduk yang mampu
memberikan rasa aman usahanya dengan memberikan sedikit rejeki (CSR – red) pada
kas dusun atau mempekerjakan beberapa penduduk setempat. Itulah keuntungan
sosial – ekonomi yang mampu mengurangi biaya produksi bagi perelokasi tambak
untuk menempatkan usahanya di Dusun Nyamplungan dari sisi keruangan.
b. Rumusan masalah
Kawasan TNKj sebagai kawasan pelestarian alam dengan mempertahankan
ekosistem asli melalui sistem pengelolaan zonasi yang dimanfaatkan untuk
pendidikan dan penelitian yang menunjang budidaya dan wisata alam dituntut
mampu melakukan interpretasi terhadap perubahan keruangan yang ada di Dusun
Nyamplungan Resort Legon Lele – Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah
II Karimunjawa.
c. Dasar Teori
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem
informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial
(bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem
komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan
menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi
menurut lokasinya, dalam sebuah database.
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG
merupakan data spasial, data yang berorientasi geografis. Data ini memiliki
sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian
penting yang berbeda dari data yang lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan
informasi deskriptif (atribut) yang dijelaskan sebagai berikut :
1.
Informasi
lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi
(lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan
proyeksi;
2.
Informasi
deskriptif (atribut) atau informasi nonspasial, suatu lokasi yang memiliki
beberapa keterangan yang berkaitan dengannya. Contoh jenis vegetasi, populasi,
luasan, kode pos dan sebagainya.
Kekuatan SIG sebenarnya terletak pada kemampuannya untuk
menganalisis dan mengolah data dengan jumlah yang besar. Pengetahuan mengenai
bagaimana cara mengekstrak data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci
analisis di dalam SIG.
d. Tujuan
Tujuan analisa data
SIG area pembukaan tambak adalah melakukan interpretasi perubahan
keruangan yang ada di Dusun Nyamplungan Resort Legon Lele – Seksi Pengelolaan
Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Karimunjawa.
e. Alat dan Bahan
·
Peta mozaik area tambak Blok Nyamplungan hasil aerial
drone mapping resolusi 4,5 cm/px;
·
Komputer;
·
Software ArcGIS 10.4.1;
·
Peta digital Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 Tahun
2014.
II. DATA HASIL ANALISIS SIG
Berdasarkan hasil analisis
data spasial menggunakan ArcGIS 10.4.1 terhadap citra mozaik area tambak Blok
Nyamplungan, maka diketahui sebagai berikut :
No.
|
Uraian
|
Panjang (m)
|
Area (ha)
|
Analisis
|
1.
|
Jarak terdekat area tambak aktif dengan pal
batas
|
23,7
|
|
Calculate geometry
|
2.
|
Jarak terdekat area tambak aktif dengan laut
|
127,6
|
|
Calculate geometry
|
3.
|
Luas area tambak aktif
|
|
3,15
|
Calculate geometry
|
4.
|
Luas area bekas tambak periode sebelumnya yang
berada di dalam kawasan
|
|
0,77
|
Calculate geometry
|
5.
|
Panjang saluran air dari tambak aktif ke laut
|
180
|
|
Calculate geometry
|
6.
|
Jarak terdekat area tambak aktif dengan jalan
utama
|
60
|
|
Calculate geometry
|
7.
|
Perubahan tutupan lahan kebun menjadi tambak
aktif
|
|
2
|
intersection peta mozaik dengan peta vegetasi RBI tahun 2014
|
8.
|
perubahan dari tutupan rawa menjadi tambak aktif
|
|
0,29
|
intersection peta mozaik dengan peta vegetasi RBI tahun 2014
|
9.
|
perubahan dari tutupan empang menjadi tambak
aktif
|
|
0,86
|
intersection peta mozaik dengan peta vegetasi RBI tahun 2014
|
III. HASIL YANG DICAPAI
Gambar 1. Peta Lokasi Tambak di Dusun Nyamplungan hasil aerial mapping dengan drone
Berdasarkan
citra mozaik area tambak di Blok Nyamplungan, kemudian dilakukan analisis data
SIG dengan hasil sebagaimana terlampir. Interpretasi hasil terhadap overlay mozaik area
tambak menunjukkan bahwa pembukaan tambak di Dusun Nyamplungan, Karimunjawa :
1.
Diatas
lokasi bekas tambak periode sebelumnya yaitu pada tahun 1990an. Tidak ada
perluasan tambak di sisi kanan maupun sisi kiri dari periode sebelumnya. Bekas
tambak periode sebelumnya telah berubah menjadi kebun, empang dan rawa. Kondisi
tersebut dapat diartikan bahwa perubahan tenurial hanya mengembalikan fungsi
lahan sebagai tambak. Pengembalian fungsi sebagai tambak dilakukan dengan
melakukan pembabatan vegetasi mangrove yang sudah mengalami restorasi dan
pengerukan substrat mangrove untuk dibuat menjadi kolam tambak menggunakan
eksavator.
2.
Jika
pola kerja perubahan tenurial kawasan mangrove Dusun Nyamplungan seperti pada
interpretasi poin 1, maka terjadi potensi ancaman terhadap lahan mangrove di
dalam kawasan TNKj. Pada lampiran
overlay mozaik area tambak di Dusun Nyamplungan terdapat bekas area tambak pada
periode sebelumnya yang terletak di dalam batas kawasan seluas 0,77 ha. Jika
tidak diantisipasi hal ini seperti bisul yang setiap saat akan pecah menjadi
permasalahan perambahan kawasan.
3.
Berdasarkan
bentuk tanggul tambak dan dasar tambak, dapat disimpulkan bahwa sistem
pemeliharaan udang vaname adalah intensif. Model tambak intensif dicirikan dengan :
a.
Bentuk pematang/tanggul yang lebih lebar pada bagian atas dibandingkan
pematang tambak tradisional. Fungsinya untuk memudahkan distribusi pakan,
mengingat tambak intensif memerlukan 100% pakan buatan dalam jumlah besar
selama siklus dari juvenile ke dewasa sampai usia panen. Udang vanname terkenal
sebagai kanibalis yaitu memakan sesame udang ketika lapar.
b.
Dasar tambak pada bagian titik pertemuan kedua
diagonal terdapat cekungan yang fungsinya untuk mengumpulkan sisa – sisa pakan
maupun feses untuk memudahkan penyiphonan (shiponisasi).
4.
Saluran tambak yang menghubungkan petak tambak dan pinggir laur
sepanjang 180 meter dapat diduga akan digunakan sebagai saluran inlet pada saat
memasukkan air laut ke dalam tambak maupun sebagai saluran outlet yang
berfungsi sebagai pengeluaran air tambak pada saat panen. Diperlukan
groundcheck untuk memastikan saluran air tersebut sesuai fungsinya.
5.
Dari citra foto dapat diduga tidak atau belum ada kolam untuk IPAL untuk
pengolahan air pada saat panen sebelum air dibuang ke perairan laut lepas.
Kondisi ini dapat memicu blooming alga di perairan lepas yang berujung pada
kondisi anoksik (turunnya kadar oksigen terlarut) sehingga dapat menyebabkan
kematian biota laut.
6.
Pencucian terpal penutup tanggul dan dasar tambak pasca panen atau yang
dikenal oleh masyarakat Karimunjawa disebut penyamponan merupakan hal yang
sangat berbahaya bagi biota terutama ikan bibit ikan di area mangrove dan ikan
dewsa di perairan lepas. Senyawa yang digunakan dalam penyamponan tidak
terakumulasi dalam tubuh udang vaname karena udang tidak berdarah merah tetapi
semacam cairan limpa, sehingga udang tidak mati. Sedangkan senyawa tersebut
dapat terakumulasi dalam darah ikan yang menyebabkan ikan mengalami keracunan
(toksik) dan mati.
7.
Dengan panjang saluran 180 meter maka air bekas penyamponan dapat
mencapai perairan laut terbuka dalam waktu cepat dan membahayakan bagi biota
berdarah merah seperti ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar